top of page

Institut Doktrin Alkitab

 

 

Persekutuan dengan Allah : Jilid Dua

Oleh Max Klein

(Fellowship with God : Volume Two, by Max Klein)

 

 

Eksposisi doktrin lanjutan yang disertai dengan penerapannya

untuk kehidupan rohani orang Kristen

 

 

 

 

Untuk materi-materi tambahan, silahkan kunjungi website kami:

www.maxkleinbibleministries.org

 

 

Ucapan Terima Kasih:

Penulis telah belajar di bawah pelayanan pengajaran dari R. B. Thieme Jr., gembalanya yang setia, dalam kurun waktu lebih dari 30 tahun. Di dalam kurun waktu tersebut Max mempelajari banyak prinsip Alkitabiah dan kebenaran doktrin yang telah memberikannya sebuah pemahaman yang jelas mengenai kehidupan rohani. Kehidupan rohani inilah yang Max rindukan untuk dijelaskan di dalam bentuk tertulis secara sederhana.

 

Daftar Isi

Kata Pengantar

1. Berkumpul untuk Dikuatkan oleh Firman (Ibrani 10:25)

2. Dipenuhi dengan Roh Kudus

3. Kehidupan Rohani adalah Pikiran Ilahi di dalam Roh

4. Keamanan Kekal 

5. Kebahagiaan yang Super-Berlimpah (Mazmur 118:24)

6. Kesempurnaan Kristus (Roma 5:6)

7. Kehendak Bebas di dalam Keputusan Ilahi (Roma 8:29-30)

8. Kasih Allah

9. Duta-duta Kristus (2 Korintus 5:20)

10. Musa – Pelayan Tuhan yang setia

11. Ritual dan Kenyataan (Roma 10:1-10)

Glosarium

 

 

 

 

 

Kata Pengantar

 

Sebelum anda memulai pelajaran Alkitab, jika anda adalah seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, pastikanlah anda sudah menyebutkan  (mengetahui) dosa-dosa anda secara pribadi kepada Allah Bapa.

 

“Jika kita mengaku dosa [yang diketahui] kita, maka Ia adalah setia dan benar untuk mengampuni segala dosa [yang diketahui] kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)

 

Maka anda akan berada di dalam persekutuan dengan Allah, dipenuhi oleh Roh Kudus, dan siap untuk mempelajari doktrin Alkitab dari firman Allah.

 

Allah itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam [dipenuhi dengan] Roh dan kebenaran [Alkitabiah].” (Yohanes 4:24)

 

Jika anda belum pernah secara pribadi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat anda, maka persoalannya bukan pada menyebutkan dosa-dosa anda. Namun persoalannya adalah iman hanya di dalam Kristus saja.

 

“Barangsiapa percaya kepada Anak, beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada [perintah untuk percaya kepada] Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3:36)

 

 

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.”

(Ibrani 4:12) 

 

“Segala tulisan adalah nafas Allah dan bermanfaat untuk doktrin, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki dan untuk mendidik orang dalam kebenaran; dengan demikian manusia kepunyaan Allah dapat menjadi dewasa, diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

(2 Tim. 3:16-17)

“Belajarlah supaya menunjukkan engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang secara benar membedakan perkataan kebenaran itu.”

(2 Tim. 2:15

 

 

 

Bab 1.

Ibrani 10:25

Berkumpul Untuk Dikuatkan Oleh Firman

 

Ibrani 10:25 “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menguatkan [dari Firman Allah], dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan (kebangkitan Gereja / pengangkatan) yang mendekat.

Hari ini, gedung Gereja pada umumnya merupakan tempat dimana orang-orang Kristen berkumpul untuk menyembah Tuhan lewat doa, himne, konsentrasi pada pengajaran Firman, dan partisipasi di dalam pelayanan perjamuan. Dalam dua ratus tahun pertama era Gereja, belum ada gedung gereja. Biasanya orang-orang percaya bertemu di rumah-rumah untuk menyembah Tuhan. Hal ini baik karena tidak menimbulkan suatu perbedaan, tidak peduli apakah gembala dan jemaatnya berkumpuldi dalam suatu rumah, gedung kantor, atau sebuah struktur gerejawi. Penyembahan dan pertumbuhan rohani yang benar tidak tergantung pada tipe bangunan tetapi pada kualifikasi dari gembala. Lewat pengajaran yang akurat dari seorang gembala yang berkualifikasi, anggota-anggota jemaat akan datang untuk menerima otoritas gembala. Jika mereka secara konsisten mendengarkannya, maka mereka akan bertumbuh secara rohani.

 

Seberapa jauh jarak seorang jemaat duduk dari gembalanya tidak menjadi persoalan. Baik ia duduk  sejauh 20,000 kilometer  dari gembala atau berada di dalam rumah yang berjarak lima belas ribu mil dari dia tidak membuat perbedaan apa-apa. Yang penting adalah ini: apakah ia menerima otoritas gembala itu dan apakah ia secara konsisten mendengarkannya? Gembala dapat berkomunikasi dengan jemaatnya lewat berbagai macam cara termasuk komunikasi tatap muka, materi cetak, audio atau video, email, atau media elektronik lainnya seperti radio dan televisi. Sehingga, jarak tidak menjadi persoalan.

 

Seseorang tidak perlu untuk hadir di dalam sebuah Gereja di dalam wilayah geografis yang sama dengan tempat tinggalnya. Di banyak wilayah geografis, tidak terdapat gembala yang berkualifikasi untuk mengajarkan dan menjelaskan hal mengenai kehidupan rohani. Jika seorang Kristen hanya punya satu pilihan untuk datang ke sebuah Gereja yang terletak di wilayah tertentu maka ia tidak akan memiliki harapan akan pertumbuhan rohani. Apa yang terjadi jika anda datang ke sebuah Gereja di kampung halaman anda yang dilayani oleh pelayan Tuhan yang mempersiapkan diri untuk menjelaskan mengenai kehidupan rohani secara baik. Lalu tiba-tiba anda sakit dan dibawa ke sebuah rumah sakit di kota yang jauh dan anda harus tinggal di sana sepanjang tahun. Sekarang, harus memilih apakah akan mengikuti ibadah kapel di dalam rumah sakit itu atau menerima instruksi Alkitabiah dengan cara mengunduh bahan dari gembala anda yang ada di kampung halaman anda lewat internet.  Bayangkan jika pelayan Tuhan yang memimpin ibadah kapel sama sekali tidak tahu mengenai kehidupan rohani. Maka, mendengarkan pengajarannya sungguh hanya akan membuang waktu anda. Apa yang seharusnya anda lakukan? Haruskah anda menghadiri ibadah-ibadah kapel di dalam rumah sakit dan merusak kehidupan rohani anda, atau haruskah anda menyimak bahan-bahan dari gembala anda yang dapat diunduh lewat internet dan terus melanjutkan pertumbuhan rohani?

 

Apa yang terjadi jika seseorang harus bekerja ke luar negeri dimana tidak ada gembala di sana? Tentu saja ia dan keluarganya tidak akan dapat menyimak dengan adanya kehadiran seorang gembala. Mereka harus menerima pengajaran Alkitab dari gembala dari negara lain. Karena mereka tidak dapat menghadiri ibadah di dalam sebuah Gereja lokal, seorang bapa akan bertanggung jawab untuk mengatur waktu untuk melaksanakan studi Alkitab, doa dan menyanyikan himne, dan melakukan perjamuan kudus untuk keluarganya.

 

Perkumpulan orang-orang percaya di dalam suatu gereja harus menekankan pada persepsi, pencernaan dan penerapan doktrin*. Persahabatan dan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya adalah opsional; itu tidak pernah menjadi kewajiban. Perikop dari Kitab Ibrani ini biasanya disalah pahami karena ada dua kata yang telah ditambahkan di banyak terjemahan yang bukan datang dari bahasa aslinya. Orang Yunani (bahasa yang digunakan di dalam perikop Ibrani 10:25 ini) tidak berkata bahwa anda seharusnya menguatkan “satu sama lain”. Kata “satu sama lain” tidak ada di dalam bahasa Yunani. Kata Yunani παρακαλεω / parakaleo adalah bentuk kalimat Telic Participle dan seharusnya diterjemahkan “untuk tujuan menguatkan”. Mengapa kita berkumpul? Kita berkumpul untuk dikuatkan lewat pendengaran dan pembelajaran firman Allah.

*Kata ini dan beberapa kata teknis lain dijelaskan di dalam glosarium pada bagian akhir buku ini.

 

Adalah benar bahwa kadang-kadang persekutuan dengan orang-orang percaya lain dapat menguatkan, tetapi persekutuan ini bukan merupakan sumber kekuatan. Secara berkala, seorang percaya mungkin berhubungan dengan seorang percaya dewasa dan dikuatkan olehnya karena ia mengekspresikan sudut pandang Ilahi. Pikiran dan ekspresi Ilahi-lah yang selalu menguatkan, bukan kehidupan sosial atau sudut pandang pribadi dari orang-orang percaya lain.

 

 

Sebagian besar, bersosialisasi dengan orang-orang Kristen jasmani akan mengalihkan orang-orang percaya dari kehidupan rohani dan dapat menjadi kontra produktif karena alasan-alasan berikut ini:

 

1. Seseorang membuat prioritas-prioritas yang salah di dalam kehidupan Kristen oleh karena pengaruh tidak baik dari orang-orang percaya; yaitu, orang-orang Kristen yang bebal dan bingung yang tidak mempelajari atau mengerjakan kehidupan rohani. Jika anda berhubungan dengan orang-orang Kristen yang bebal akan rencana Allah, mereka akan mempengaruhi anda dengan kebebalan mereka. Jika anda berhubungan dengan orang-orang Kristen yang selalu dikuasai oleh kodrat dosa, mereka akan memberikan pengaruh negatif kepada anda.

2.  Banyak orang percaya dialihkan dari pembelajaran dan penerapan doktrin Alkitab karena disibukkan dengan persahabatan, cinta, atau pernikahan. Sebuah hubungan yang baik dengan Allah harus dibentuk sebelum seseorang bisa memiliki hubungan yang baik dengan orang lain. Sayangnya, orang-orang yang selalu sibuk dengan orang lain tidak pernah membangun sebuah hubungan yang baik dengan Allah.

3.  Jika anda berhubungan dengan orang-orang percaya yang legalistik (orang-orang percaya yang menganut pada kerohanian semu), maka anda harus mengikuti legalisme mereka atau anda akan dikutuk oleh mereka. Jika anda berhubungan dengan orang-orang percaya yang mengklaim bahwa kehidupan rohani adalah sebuah serial hukum-hukum Taurat seperti: jangan minum, merokok, menari atau pergi ke bioskop, maka anda harus pilih antara menerima sistem kerohanian semu mereka atau berselisih dengan mereka. Pilihan apapun yang diambil, berhubungan dengan mereka kemungkinan akan membawa anda keluar dari persekutuan.

4. Jika anda berhubungan dengan orang-orang Kristen antinomian, anda kemungkinan besar akan ikut menjadi seorang antinomian (seorang antinomian adalah orang percaya yang menyalahgunakan karunia keselamatan Allah dengan menolak untuk mengubah perilaku amoralnya). Jika anda berhubungan dengan mereka yang secara konsisten mabuk-mabukkan,  berzinah, atau terlibat di dalam kriminalitas maka akhirnya anda juga akan terpengaruh oleh perilaku-perilaku tersebut. Tipe orang yang kita gauli tentu memberikan pengaruh kepada kita. Bisakah anda menaruh batu-bara panas di dalam kantung celana anda dan tidak terbakar?

 

5. Beberapa orang Kristen memakai orang-orang Kristen lainnya sebagai alat untuk mengembangkan karir atau bisnis. Orang-orang tersebut datang ke sebuah gereja dimana ada orang-orang percaya yang memiliki pengaruh yang dapat menolong mereka untuk memenuhi nafsu dari berbagai ambisi dan kompetisi. Tentu saja, kehidupan sosial dengan orang-orang percaya tersebut akan memberikan dampak negatif yang besar pada kehidupan rohani anda.

 

6.  Banyak orang Kristen rela menukarkan persekutuan dengan Allah demi memiliki kehidupan sosial dengan orang-orang percaya lain. Persekutuan orang Kristen yang benar adalah persekutuan dengan Allah, bukan dengan manusia. Jika anda memiliki lima ratus teman Kristen, dan anda melakukan banyak kegiatan pelayanan Kekristenan dengan mereka, namun anda tidak mengasihi Allah, maka anda tidak berarti apa-apa dan anda tidak mencapai apa-apa. (1 Kor 13:1-3).

 

Secara umum, ketika kita duduk di berbagai tempat untuk mempelajari firman Allah, kita melakukannya bersama orang-orang Kristen lain. Inilah yang disebutkan pada perikop ini. Namun, adanya orang lain yang duduk di sekitar anda ketika anda mempelajari Firman tidak memberikan kontribusi pada pertumbuhan rohani anda. Baik anda duduk di rumah anda beserta anggota-anggota keluarga untuk menyimak gembala anda lewat televisi atau radio, atau menghadiri sebuah gereja besar dan dikelilingi oleh ribuan orang percaya lainnya, tidak akan memberikan perbedaan apapun. Manusia tidak menyebabkan anda untuk bertumbuh secara rohani; Firman-lah yang memberikan pertumbuhan rohani kepada anda.

 

Beberapa orang Kristen berpikir bahwa dengan masuk ke sebuah gereja secara otomatis akan membuat mereka menjadi rohani. Jika seorang percaya datang ke sebuah gereja dimana gembalanya sama sekali tidak punya pengetahuan tentang kehidupan rohani, maka orang percaya tersebut tidak memiliki kesempatan untuk belajar mengenai kehidupan rohani dan tidak ada kesempatan untuk menyembah Allah secara benar. Lebih buruknya, karena gembalanya tidak mengerti tentang kehidupan rohani, ia akan mengajarkan mengenai sebuah kehidupan rohani yang semu. Dampaknya, dengan datang ke gereja tersebut, orang Kristen ini sedang berjalan mundur di dalam kehidupan rohaninya. Konsep ini mungkin dapat lebih mudah dimengerti dengan memakai analogi: jika seseorang belajar teknik mesin dari seorang profesor yang sama sekali tidak punya pengetahuan mengenai prinsip-prinsip teknik mesin yang benar, maka pelajar ini akan mempelajari informasi yang salah mengenai teknik mesin. Sebelum pelajar tersebit memulai studinya, ia hanyalah seorang yang kurang memiliki pengetahuan akan prinsip-prinsip teknik mesin yang benar. Namun sekarang dia juga menerima prinsip-prinsip yang salah. Sesungguhnya saat ini ia lebih buruk daripada sebelumnya, karena saat ini ia bukan hanya kurang pengetahuan, namun juga arogan. Ia mengira ia sudah memahami teknik mesin, sehingga tidak mau lagi mendengarkan seorang profesor yang baik. Hal inilah yang terjadi dengan orang-orang Kristen ketika mereka datang ke sebuah gereja dimana gembalanya kurang pengetahuan akan kehidupan rohani. Mereka berpikir mereka sudah memahami soal kehidupan rohani; mereka berpikir mereka sudah bertumbuh secara rohani, namun sesungguhnya mereka telah berjalan mundur di dalam kehidupan rohaninya dan sudah menjadi sangat sombong.

 

Perikop dari Kitab Ibrani ini tidak memerintahkan orang-orang Kristen untuk datang ke gedung gereja terdekat dimana gembalanya diduga mengajarkan Firman Allah. Perikop ini memerintahkan semua orang percaya untuk belajar Firman Allah secara konsisten dari seorang gembala yang berkualifikasi, seorang profesor rohani yang berkualifikasi. “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Pet 3:18). Pertumbuhan tidak datang dari interaksi dengan orang-orang percaya lain. Pertumbuhan tidak datang dari duduk di samping orang percaya di dalam sebuah gereja. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan firman Kristus yang komunikatif.” (Rom 10:17). Kehidupan rohani tidak dikembangkan lewat perjumpaan dengan gembala anda di dalam sebuah gereja lokal, tetapi lewat mendengarkan pesan-pesannya. Iman anda tidak bertambah lewat kehidupan sosial  dengan orang-orang Kristen lain, tetapi lewat mendengarkan pesan yang akurat dari seorang gembala yang mempersiapkan diri.

 

 

Bab 2.

Dipenuhi Dengan Roh Kudus: Kerohanian

Untuk memahami tentang dipenuhi dengan Roh Kudus, kita harus membedakan antara Dipenuhi dengan Roh dan Roh yang Bersemayam. Secara sederhana, Dipenuhi dengan Roh adalah Roh Kudus mengendalikan jiwa, sedangkan Roh yang bersemayam adalah Roh Kudus bersemayam di dalam tubuh (1 Kor 3:16). Ketika kita dipenuhi oleh Roh, Roh Kudus memberikan kuasa kepada orang percaya untuk memahami, mencerna, mengingat, dan menerapkan doktrin Alkitab di dalam pengalamannya (Yohanes 14:26, 1 Kor 2 10-12, Gal 5:22,23). Di sisi lain tujuan dari Roh Kudus yang bersemayam adalah untuk membuat tubuh orang percaya menjadi sebuah bait untuk Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 14:20) dan Allah Bapa (Efesus 4:6).

 

“Berhentilah mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh (dikendalikan) dengan Roh Kudus.” (Efesus 5:18)

 

Ini adalah sebuah analogi secara antitesis. Ketika orang Kristen secara konsisten  dipenuhi dengan Roh Kudus dan mempelajari doktrin, ia mengisi jiwanya dengan doktrin. Dari doktrin ini ia mengembangkan hikmat dan tujuan hidup yang jelas. Akan tetapi, ketika seorang Kristen keluar dari persekutuan dalam kurun waktu yang lama, ia akan menerima konsep-konsep yang salah masuk ke dalam jiwanya yang akan menuntunnya kepada nilai-nilai yang salah dan ketergantungan kepada hal-hal yang salah, yang akan menghasilkan gaya hidup yang merosot. Anda lihat, ketika seorang Kristen tidak mempelajari doktrin yang benar lewat pelayanan pengajaran oleh Roh Kudus, ia akan minum dari anggur doktrin yang salah (Efesus 4:17-19). Sehingga, ia akan dimabukkan oleh motivasi, prioritas, pemikiran, dan tindakan yang salah. Kehidupan rohaninya akan menjadi berantakan; visinya akan menjadi kabur dan ia akan tersandung di jalan hidupnya.

 

Ada dua kuasa di dalam kehidupan rohani. Yang pertama adalah kuasa Roh Kudus, yang memberikan kuasa-Nya dengan memenuhi Roh Kudusnya supaya kita dapat menjalankan kehidupan rohani. Kita juga sudah disediakan dengan Firman Allah, yang hidup dan penuh kuasa. Akan tetapi, Firman Allah tidak akan memberikan manfaat kepada orang percaya, sebelum Firman itu tertanam di dalam jiwa, dimana Firman itu disimpan di dalam memori dan diingatkan kembali pada waktu yang tepat oleh Roh Kudus (Yohanes 14:26). Tidak ada pengganti untuk dipenuhi dengan Roh Kudus dan memiliki Firman Allah di dalam jiwa. Ini adalah dua kuasa yang membuat orang Kristen kuat di dalam jiwanya.

 

“Supaya Ia memberikanmu, menurut kekayaan kemuliaan-Nya [ini adalah harta-harta yang indah yang Allah sudah sediakan kepada orang percaya di Era Gereja], memperkuat melalui kekuasaan oleh Roh-Nya di dalam batinmu.” (Eff 3:16).

 

Ini adalah pelayanan Allah Roh Kudus yang mencerna doktrin di dalam jiwa orang percaya. Dari kekuatan di dalam jiwanya ini, orang percaya mampu untuk menghadapi setiap tekanan atau kesulitan hidup.

 

Kerohanian dan pertumbuhan rohani adalah dua hal yang berbeda (atau terpisah) dimana harus dibedakan.

 

Kerohanian adalah sesuatu yang mutlak. Seorang percaya bisa dipenuhi atau tidak dipenuhi dengan Roh. Yohanes mendeskripsikan dua kondisi kerohanian ini sebagai orang percaya yang berjalan di dalam terang atau berjalan di dalam kegelapan (1 Yohanes 1:5-7). Kita mungkin hidup rohani pada suatu, namun seketika kita melakukan dosa pikiran, perkataan atau dosa secara terbuka, kita tidak lagi hidup secara rohani tetapi keluar dari persekutuan. Ketika kita berada di luar persekutuan, satu-satunya cara untuk kita dapat pulihkan kerohanian kita adalah dengan menyebutkan dosa-dosa kita secara benar kepada Allah Bapa (1 Yohanes 1:9).*

 

* Lihat Persekutuan dengan Allah, Jilid 1, hal 7-11

 

Beberapa hal di dalam kehidupan rohani bersifat relatif, beberapa hal bersifat mutlak. Pertumbuhan rohani itu relatif. Di dalam gereja, orang-orang percaya memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda: orang percaya bayi (1 Pet 2:2); orang-orang muda yang mengasihi jiwanya sendiri dan telah mencapai sebuah tujuan yang dirasakan secara pribadi (Amsal 19:8; Filipi 4:11-13); dan orang-orang percaya yang dewasa yang mengasihi Allah (Yohanes 14:15; Roma 8:28; Yakobus 1:12). Seorang Kristen bayi mungkin bisa berada di dalam persekutuan atau keluar dari persekutuan dengan Allah pada tiap-tiap titik di dalam kehidupan. Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang percaya muda dan dewasa.

 

Seorang Kristen bayi mungkin berada di dalam persekutuan dengan Allah (dipenuhi dengan Roh Kudus), sementara orang percaya dewasa mungkin keluar dari persekutuan. Daud adalah seorang percaya yang sudah sangat hebat ketika ia melakukan perzinahan dan pembunuhan. Dari contoh Daud kita dapatkan prinsip ini: ketika seorang percaya keluar dari persekutuan ia mampu untuk melakukan setiap dosa yang dapat dilakukan oleh orang yang tidak percaya.

Umur manusia tidak menentukan pertumbuhan rohani. Hanya dengan menjadi orang yang berusia 80 tahun yang sudah berjemaat di dalam sebuah gereja selama 60 tahun tidak berarti ia adalah raksasa rohani. Pertumbuhan rohani itu ditentukan oleh kerendahan hati seseorang dan seberapa banyak kebenaran Alkitab yang sudah tercerna di dalam jiwanya. Jika seorang Kristen memiliki hanya sedikit doktrin yang tercerna di dalam kesadarannya, ia adalah Kristen bayi. Jika ia sudah bertahun-tahun secara konsisten menyimak pengajaran-pengajaran doktrin Alkitab yang akurat sehingga ia mengerti rencana Allah dengan baik dan telah mengembangkan harga diri rohani, ia dapat dikelompokkan sebagai seorang Kristen muda. Jika ia sudah mencapai tingkat mengasihi Allah, menaati semua perintah Alkitab (Yohanes 14:15) maka ia adalah orang percaya yang dewasa. Ia mungkin adalah seorang yang berumur 19 dan seorang percaya yang dewasa.

 

Kerendahan hati harus dibentuk di dalam jiwa. Ini pertama dikembangkan di dalam orang tidak percaya yang menaati Hukum-Hukum Ketetapan Allah, dan selanjutnya dikembangkan oleh orang Kristen yang terus menaati hukum-hukum tersebut dan berkembang di dalam kehidupan rohani. Kerendahan hati adalah sebuah komoditas/faktor/elemen yang sangat penting di dalam kehidupan.

 

Sangat penting juga untuk memahami bahwa pertumbuhan rohani tidak datang dari pelayanan, nyanyian, doa atau pemberian Kristiani, namun lewat kerendahan hati dan pemahaman seseorang akan Firman Allah: “Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Pet 3:18). Pelayanan, nyanyian, doa dan pemberian Kristiani bisa menjadi hasil dari pertumbuhan rohani, namun itu semua bukan wadah / alat / faktor untuk mengalami pertumbuhan rohani.

 

Menyanyikan himne mungkin adalah sebuah bentuk penyembahan jika seorang percaya berada di dalam persekutuan dan menyanyikan himne yang akurat dan menghormati Tuhan. Semakin besar kerendahan hati dan pengetahuan, semakin besar penyembahan lewat nyanyian. Namun dengan catatan lirik-liriknya harus akurat secara doktrin. Kita harus selalu ingat bahwa banyak lagu yang dinyanyikan di dalam pelayanan ibadah tidak ditulis oleh orang percaya yang berpengetahuan, sehingga lirik-liriknya secara doktrin tidak akurat. Dalam hal ini mendengarkan dan menyanyikan himne-himne tersebut justru merupakan suatu cara dari penistaan kepada Allah.

 

Doa adalah sebuah pelayanan yang penuh kuasa dan indah yang juga merupakan hasil dari pertumbuhan rohani. Semakin besar kerendahan hati dan pengetahuan akan Allah, semakin efektif seseorang di dalam doanya (Yakobus 4:3, 5:16; 1 Yohanes 3:22). Jadi, menyanyikan himne, amanat dari Allah, dan doa, sebuah pelayanan yang penuh kuasa, harus merupakan sebuah ekspresi kasih kepada anggota-anggota dari Tritunggal berdasarkan kerendahan hati dan pengetahuan.

 

Setiap hal yang orang tidak percaya dapat lakukan bukan merupakan kehidupan rohani. Banyak ide-ide salah mengenai kehidupan rohani. Kepribadian dan penampilan yang terlihat bukan merupakan hal rohani. Manisnya kepribadian, sopan santun, pakaian, menghindari penggunaan kosmetik, mengabaikan perawatan, ucapan saleh, postur buruk, dan ekspresi jujur tidak mencerminkan kerohanian. Meskipun anda sangat bermoral, ini tidak menunjukkan bahwa anda memiliki hubungan yang hebat dengan Allah. Orang yang tidak percaya dapat melakukan semua hal di atas, dan mereka bukan hidup rohani.

 

Berhenti melakukan sesuatu tidak mencerminkan kerohanian. Berhenti berjudi, minum minuman keras, dan merokok bukan hal kerohanian. Merokok itu buruk bagi paru-paru anda; lada merah itu keras untuk lambung, dan cokelat itu tidak baik untuk gigi. Namun hanya karena seseorang menghirup atau menelan sesuatu yang tidak baik ke dalam tubuh tidak berarti ia berdosa. Apakah semua orang Korea berdosa karena mereka makan lada merah dalam jumlah yang sangat banyak atau orang Thailand menjadi berdosa karena mereka senang makan cabai?

 

Anda tidak menjadi rohani karena dosa-dosa anda lebih terhormat daripada orang Kristen lainnya. Ada seorang Kristen yang selalu khawatir di setiap waktu; orang Kristen lainnya selalu mabuk. Orang Kristen yang selalu khawatir berkata kepada dirinya, ‘saya adalah orang Kristen rohani karena saya tidak mabuk.’ Pengertian seperti ini tidak berdasarkan Firman Allah. Alkitab tidak pernah berkata bahwa kekhawatiran adalah bagian dari kehidupan rohani. Dalam kedua kasus ini, orang-orang Kristen tersebut sama-sama keluar dari persekutuan.

 

Seorang Kristen tidak berarti hidup rohani  karena ia terlibat di dalam aktivitas Gereja. Memberi, datang ke gereja, ikut ibadah-ibadah doa, membawa tamu-tamu ke Gereja, dan mengajar di Sekolah Minggu tidak menunjukkan kerohanian atau pertumbuhan rohani. Sebagai contoh, ada seorang Kristen yang mungkin berdoa empat jam sehari, namun tidak memiliki kekuatan rohani untuk menghadapi tekanan dan ujian hidup bahkan sekalipun yang paling sederhana. Seorang Kristen yang banyak berdoa tidak berarti ia adalah orang percaya yang hebat; akan tetapi, doa yang efektif adalah sebuah indikasi dari pertumbuhan rohani. Aktivitas bukan dasar untuk menentukan pertumbuhan rohani.

 

Persekutuan adalah sesuatu yang mutlak. Seorang Kristen bisa dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh Roh. Ia bisa berjalan di dalam terang atau berjalan di dalam kegelapan. Ketika seorang Kristen melakukan dosa, ia kehilangan persekutuannya. Akan tetapi, ketika ia secara benar menyebutkan dosa-dosanya kepada Allah Bapa, ia memulihkan persekutuannya. Pertumbuhan rohani di sisi lain adalah sebuah konsep yang relatif. Pertumbuhan ditentukan oleh jumlah doktrin yang dicerna dan kerendahan hati yang dimiliki oleh orang percaya.

Kehidupan Rohani adalah Pikiran Ilahi di dalam Jiwa

Alkitab sering kali disebutkan sebagai “Firman” karena berisi firman-firman (kata-kata). Firman-firman menghasilkan pikiran. Pikiran-pikiran ini beredar di dalam mentalitas jiwa. Seseorang mungkin memiliki kapasitas untuk menjadi sangat cerdas, tetapi jika ia tidak memiliki kosakata, ia tidak mampu untuk berpikir. Tanpa adanya kemampuan untuk berpikir, seseorang tidak bisa menikmati hidup. Tanpa kosakata, prinsip-prinsip, dan doktrin Alkitabiah, orang percaya tidak bisa berpikir dengan pikiran Ilahi. Dan tanpa kemampuan untuk berpikir secara Ilahi, seseorang tidak akan dapat memahami dan menghormati Allah. Lebih dari pada itu, ia tidak akan pernah mengembangkan hubungan yang harmonis dengan Allah. Sehingga, ia akan kehilangan kebahagiaan terbesar di dalam kehidupannya.

 

Di sisi lain, tidak ada pikiran, alasan atau akal sehat di dalam emosi. Emosi tidak dirancang untuk berpikir dan mengambil keputusan. Akan tetapi emosi dirancang sebagai sesuatu yang menghargai pemikiran benar di dalam jiwa. Ketika emosi berfungsi secara benar, ia indah. Tetapi ketika emosi tidak berfungsi secara benar, ia menjadi sebuah penghambat besar untuk berkembang secara rohani.

 

“Hai orang Korintus! Mulut kami [Paulus, Apolos, Timotius dan selanjutnya Titus] telah dibuka [mereka mengkomunikasikan Firman Allah] muka dengan muka kepada kamu; hati [jiwa] kami terbuka lebar-lebar [mereka mengenal Firman Allah dengan baik] bagi kamu. Kamu tidak dihalangi oleh kami, tetapi kamu dihalangi oleh emosimu [σπλαγχνον / splanchnon].”  (2 Korintus 6:11-12)

 

Kata Yunani splanchnon dapat mengacu pada usus, hasrat impulsif, tempat duduk perasaan, emosi, atau kasih sayang. Setiap kali kita mengizinkan emosi-emosi kita mengendalikan kita, kita menjadi tidak stabil dan tidak berbahagia. Untuk dapat hidup bahagia, emosi-emosi tersebut harus berada di bawah pikiran kita. Karena Allah menciptakan kita sebagai makhluk rasional, kita harus dikendalikan oleh pikiran.

 

Menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa Allah tidak memiliki emosi. Meskipun Alkitab berbicara mengenai murka dan penyesalan Allah, hal ini hanya merupakan gaya bahasa. Alkitab juga berbicara mengenai tangan dan mata Allah: Apakah Allah memiliki karakteristik-karakteristik manusiawi ini juga? Secara teologi, penyesalan dan murka Allah dikelompokkan sebagai antropopatisme, sedangkan tangan dan mata Allah disebut antropomorfisme. Sesungguhnya, Allah menggunakan sejumlah perangkat sastra di dalam Alkitab untuk berkomunikasi dengan manusia secara lebih baik. Contohnya, ketika Alkitab berkata bahwa kita ada di dalam “tangan Allah”, ini adalah perangkat sastra supaya lebih mudah menolong kita untuk dapat memahami keamanan kekal. Yohanes 10:28 berkata: “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” Tangan-tangan, mata-mata, murka dan penyesalan adalah karakter manusia.

 

Murka bukan hanya emosi, tetapi juga sebuah dosa. Banyak terjemahan dari Efesus 4:26 menyiratkan bahwa kemarahan itu bukan sebuah dosa, meskipun di dalam Bahasa Yunani kita membaca kata-kata οργιζεσθε και µη ′αµαρτανετε. Kata kerja οργιζεσθε ‘orgizesthe’ harus diterjemahkan dalam bentuk kalimat present  middle indicative, (bukan present middle imperative, sebagaimana terdapat di beberapa terjemahan) yang menunjukkan sebuah tindakan yang sudah terjadi – “kamu sedang marah”. Di dalam ungkapan berikutnya terdapat imperatif negatif µη (mae) dengan ′αµαρτανετε   (hamartanete)  - “berhenti berdosa”. Terjemahan harafiahnya menjadi “kamu sedang marah, dan (sekarang) berhenti berdosa”. Ayat-ayat lain yang menolong kita untuk melihat bahwa baik marah dan murka itu adalah dosa dapat dilihat di Efesus 4:31, Matius 5:22, dan Galatia 5:20. Jadi, merupakan suatu penistaan bila menetapkan dosa-dosa ini pada Allah.

 

Penyesalan berkaitan dengan pengambilan keputusan yang salah. Karena Allah selalu mengetahui segala sesuatu secara serentak dan karena Ia sempurna, Ia tidak pernah membuat suatu keputusan yang buruk. Selain itu, emosi selalu berubah. Emosi naik turun, dan menghasilkan perasaan yang datang dan pergi. Akar kata dari ‘emosi’  memiliki arti bergerak, berubah. Allah tidak pernah berubah (Ibrani 13:8). Jadi dengan berkata bahwa Allah memiliki emosi juga merupakan suatu penistaan.

 

Mari kita juga pertimbangkan ayat “Yesus menangis.” (Yohanes 11:35). Ketika kita hanya membaca perikop mengenai kemanusiaan Yesus Kristus, kita membaca “Yesus” yang berarti Juru Selamat dan merujuk pada kemanusiaannya. Jadi tampilan dari emosi yang baik ini adalah bentuk dari kemanusiaan Yesus Kristus, bukan bentuk dari ke-Ilahian-Nya. Allah merancang semua manusia dengan emosi untuk meresponi apa yang ada di dalam jiwa, dan kemanusiaan Yesus Kristus bukan menjadi perkecualian. Ayat lain yang sering disalah terjemahkan menjadi sebuah pertunjukkan murka dan emosi Ilahi adalah Matius 21:12 (dan juga Markus 11:15): “Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati...” Tidak ada disebutkan tentang murka atau emosi dosa lainnya yang ada di dalam Yesus!

Alkitab berisi pikiran Allah. Bila kita mau mengembangkan sebuah hubungan dengan Allah, itu harus dilakukan lewat pikiran di dalam jiwa kita. 1 Korintus 2:16b berkata kepada kita bahwa “... kami memiliki pikiran Kristus.” Kita bertumbuh secara rohani lewat pikiran, bukan emosi.

 

Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Petrus 3:18a)

 

“Hendaklah kamu miliki sikap [phroneo, pikiran obyektif] di dalam hidupmu [di dalam jiwamu] yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.” (Filipi 2:5)

 

Kata Yunani “phroneo” memiliki arti  berpikir secara obyektif, dan karena itu ditulis dalam bentuk present active imperative, kita dapat terjemahkan menjadi “selalu berpikir secara obyektif”. Kita diperintahkan untuk memipirkan pikiran Ilahi yang dipikirkan oleh kemanusiaan Yesus.

 

“Marilah kita berkonsentrasi kepada [aphorao] Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan... (Ibrani 12:2a).

 

Sebagian besar Alkitab menerjemahkan kata “aphorao” menjadi “dengan mata yang tertuju kepada”, atau “terus memandang kepada” dimana sulit untuk dilakukan karena Yesus saat ini duduk di sebelah kanan Allah. Untuk membuat penerapan ayat ini menjadi mungkin, perlu terjemahan yang lebih jelas yaitu “berkonsentrasi pada”. Konsentrasi membutuhkan pengetahuan, disiplin diri dan kerendahan hati. Kita diperintahkan untuk berkonsentrasi pada, memfokuskan perhatian kita pada, berpikir mengenai Yesus. Untuk berpikir mengenai Yesus perlu pengetahuan akan Dia, yang hanya dapat diperoleh lewat pembelajaran dan pencernaan doktrin Alkitab secara terus menerus, dan dipenuhi oleh Roh Kudus.

 

 

Bab 3.

 

Keamanan Kekal

 

Keamanan Kekal dapat dijelaskan sebagai sebuah hubungan yang tidak terputus dari kasih Allah, yang memberikan kita keselamatan dan keamanan kekal dengan dasar kasih karunia Allah, bukan karena kebaikan pribadi kita.

 

Sebab itu, kita yang sudah dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:1-2)

 

Kalimat, “kita sudah beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini” adalah sebuah referensi untuk memperoleh keselamatan, sedangkan bentuk perfect tense dari kata Yunani “histemi” dalam kalimat “di dalam kasih karunia ini kita berdiri”, memiliki arti bahwa kita berdiri di dalam kasih karunia pada saat keselamatan, dan kita terus berdiri di dalam kasih karunia untuk selama-lamanya, yakni keamanan kekal. Kita sebelumnya tidak layak menerima keselamatan, dan seberapa pun kita bertumbuh secara rohani tidak akan pernah membuat kita menjadi layak. Jadi, jaminan keamanan kekal kita tidak bisa berdasarkan  moralitas dan kebenaran manusia, tetapi pada kasih karunia dan kasih Allah.

 

“Sebab karena kasih karunia kamu sudah diselamatkan [εστε σεσωσµενοι / este sesosmenoi (bentuk kata kerja perifrastik)] oleh iman, dan itu [τουτο / touto – mengacu pada keselamatan] bukan hasil usahamu; tetapi pemberian Allah, dan bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

 

Kita sudah diselamatkan oleh kasih karunia, sehingga keselamatan kita dijaga oleh kasih karunia. Dahulu sebelum menerima keselamatan, kita adalah orang-orang berdosa, dan kita adalah orang-orang berdosa setelah keselamatan. Karena Allah menyelamatkan kita ketika kita dahulu masih merupakan orang-orang berdosa yang tidak benar, kita dapat yakini bahwa Dia tidak akan mencabut keselamatan kita meskipun kita masih menjadi orang-orang berdosa yang tidak benar.

 

Kalimat kerja “sudah diselamatkan”, sesungguhnya adalah dua bentuk kata kerja yang berdampingan di dalam Bahasa Yunani. Bentuk ini disebut perifrastik dan merupakan bentuk kata kerja yang paling kuat di dalam bahasa Yunani. Pembentukan perifrastik di sini mencakup intensive perfect tense yang menitik beratkan pada hasil dari aksi kata kerja, yaitu suatu keselamatan yang mencakup keamanan kekal. Paulus menggunakan bentuk kata kerja yang paling kuat di dalam bahasa Yunani untuk menitik beratkan kepastian keamanan kekal. Terjemahan penuh dalam Bahasa Inggris menjadi: oleh kasih karunia kamu sudah dipastikan selamat oleh iman...” Akan tetapi, karena terjemahan ini sedikit agak rumit di dalam bahasa Inggris, kita biasanya menggunakan terjemahan yang lebih sederhana, lebih pendek namun kurang akurat. Kesimpulannya Paulus sedang menekankan  suatu fakta bahwa keamanan kekal itu sepenuhnya merupakan urusan kasih karunia, sehingga tidak bisa diubah oleh orang Kristen.

 

Kata ganti penunjuk “ini: (τουτο) adalah dalam bentuk jenis kelamin netral. Sehingga, kata yang mendahuluinya tidak bisa menggunakan kata-kata “kasih karunia” atau “iman”, karena kedua kata ini merupakan bentuk feminin. Dengan kata lain, di dalam kalimat ini, kata ganti penunjuk tidak memiliki sebuah kata pendahulu. Ketika hal ini terjadi di dalam bahasa Yunani, seluruh ide yang mendahuluinya digunakan sebagai pendahulu. Ide yang mendahului kalimat ini adalah keselamatan. Jadi, kata ini merujuk kepada keselamatan.

 

Memahami tata bahasa dalam perikop ini menjadi sangat penting. Ketika seseorang tidak memahami perikop ini dengan baik, maka ia dengan mudah mengembangkan teologi yang salah. Prinsip yang dapat kita pelajari di sini adalah interpretasi yang benar tidak selalu bisa dipahami hanya dari sebuah terjemahan. Lebih dari pada itu, jika interpretasinya tidak benar, pengajaran menjadi tidak benar. Pengajaran yang tidak benar menghasilkan teologi yang salah, dan dari situ orang percaya akan menerapkan hal yang salah di dalam kehidupan rohaninya.

 

Sekarang, lewat interpretasi yang benar, kita dapat lihat bahwa “pemberian Allah” mengacu pada keselamatan. Setiap kali Allah memberikan suatu pemberian, tidak ada syarat yang menempel di balik itu. Allah tidak berkata, “Kalau kamu baik, kamu bisa menyimpan pemberian ini, tetapi kalau kamu tidak baik, Aku akan mengambilnya kembali darimu.” Lebih dari itu, karena keselamatan diberikan sebagai sebuah pemberian, Allah tidak mengharap atau menuntut sesuatu kembali. Banyak orang memberikan pemberian-pemberian dengan berharap, dan di dalam beberapa kasus bahkan menuntut, sesuatu kembali. Ini bukan pemberian yang benar. Ketika Allah memberikan suatu pemberian, maka itu adalah pemberian yang benar. Jadi, karena keselamatan diberikan oleh Allah sebagai suatu pemberian, Ia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk mengambilnya kembali dari kita.

Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah

 

Karena posisi kita berada di dalam kesatuan dengan Kristus, maka kita berbagi Kasih yang Allah Bapa miliki untuk anak-Nya. Tidak ada yang dapat  memisahkan kita dari kasih Allah. Untuk menekankan poin ini, Paulus bahkan mengklasifikasikan 6 kategori yang spesifik (4 kategori kelompok dan 2 kategori individu) untuk secara lengkap mencakup jangkauan pengaruh yang dapat mengelabuhi orang-orang percaya untuk berpikir bahwa mereka akan dipisahkan dari Kristus dan kehilangan keselamatannya.

 

“Sebab aku yakin, bahwa (1) baik maut maupun hidup, (2) baik malaikat-malaikat (yang terpilih dan jatuh), maupun pemerintah-pemerintah (jenderal-jenderal malaikat dan organisasi-organisasinya) (3) baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang (4) atau kuasa-kuasa (malaikat atau organisasi manusia yang berkuasa) (5) baik yang di atas, maupun yang di bawah (6) ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:38-39)

 

1. Baik maut maupun hidup...

Apapun keadaan yang anda hadapi pada saat anda akan segera meninggalkan kehidupan fisik anda, tidak ada hal apapun dalam maut yang dapat memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin meninggal dengan keadaan gagal secara rohani. Tetapi anda tetap tidak bisa dipisahkan dari hubungan anda dengan Allah. Selain itu, tidak ada hal apapun di dalam hidup yang bisa memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin merasa sangat depresi dan kepahitan akan kehidupan sehingga anda mungkin meninggalkan keselamatan atau mengambil keputusan untuk bunuh diri, tetapi anda masih ada di dalam kesatuan dengan Kristus.

 

2. .... baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah...

Meskipun malaikat dan organisasi-organisasi kemalaikatan baik yang terpilih maupun yang jatuh memiliki kekuatan yang luar biasa, mereka tidak memiliki cukup kuasa untuk memisahkan anda dari kasih Allah. Iblis memiliki kekuatan yang luar biasa, namun dia tidak bisa mematahkan ikatan hubungan yang sudah ada antara orang percaya di era gereja dengan Allah.

 

3. ... baik yang ada sekarang maupun yang akan datang....

Tidak ada hal apapun yang ada di masa kini maupun yang akan datang yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Beberapa orang memiliki suatu imajinasi yang besar mengenai masa depan. Mereka mungkin berimajinasi mengenai sebuah bom hidrogen yang akan meledak di dekat mereka dan melelehkan tubuhnya. Akan tetapi, meskipun ada bom yang dapat melelehkan tubuh anda, itu tidak bisa menghancurkan jiwa anda dan hubungan anda dengan Allah.

 

4. ... baik kuasa-kuasa...     Tidak ada organisasi, baik kemalaikatan atau kemanusiaan, yang dapat memisahkan anda dari kasih Allah. Contohnya, suatu pemerintahan komunis mungkin dapat mengeluarkan undang-undang yang melanggar orang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Namun mereka tidak punya kuasa untuk mengubah kasih Allah kepada anda.

 

5. ... baik yang di atas maupun yang di bawah...  Tidak ada siapa-pun di surga (di atas) yang bisa memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin naik sebuah roket dan berangkat pergi sejauh jutaan mil dari bumi, tetapi anda tidak bisa memisahkan diri anda dari Allah. Anda mungkin bisa jatuh ke lubang yang sangat dalam di bawah bumi, tetapi ini tidak bisa memisahkan anda dari kasih Allah.

6. ... ataupun sesuatu makhluk lain...

 

Pada saat ditulis, ayat ini mungkin mengacu kepada Nero, kaisar Romawi yang terkenal karena penganiayaannya yang jahat terhadap orang-orang Kristen. Ini merujuk kepada semua orang yang tidak percaya yang memiliki kuasa yang lebih besar dari anda. Tidak peduli seberapa besar kuasa yang mungkin dimiliki oleh seseorang, kuasanya itu tidak berarti jika dibandingkan dengan Allah.

 

 

Di dalam setiap hubungan yang baik pasti ada keamanan. Untuk itu, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, Allah menyediakan keamanan kekal kepada kita. Kita selamanya adalah anak-anakNya. Dengan memiliki keyakinan akan fakta ini, kita sekarang dapat berkonsentrasi untuk mengembangkan sebuah hubungan yang indah dengan Dia.

 

Keselamatan tidak tergantung pada kesetiaan kita kepada Allah

Hal yang terbesar yang Allah sudah lakukan kepada kita adalah mengirimkan Putra yang dikasihiNya ke atas kayu salib. Oleh karena Ia telah melakukan  hal yang terbesar kepada musuh-musuhNya – orang-orang yang tidak percaya (Rom 5:10) – maka tepat secara logika bahwa Ia akan melakukan hal yang lebih kecil kepada anak-anak yang dikasihiNya. Untuk menjadi perbandingan, bagi Allah untuk memelihara keselamatan kita, untuk memberikan solusi-solusi kepada semua masalah yang akan kita hadapi, dan untuk memberikan kebangkitan tubuh kepada kita merupakan hal yang lebih kecil daripada bagi-Nya untuk menjadikan AnakNya sebagai seorang mediator dalam kesatuan hipostatik dan menuju ke atas kayu salib.

“Ia [Allah Bapa], yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32)

Keselamatan kita tidak tergantung pada kesetiaan kita. Sebaliknya, itu tergantung pada kesetiaan Allah.

“Benarlah perkataan ini: ”Jika kita mati dengan Dia [dan kita sudah], kita pun akan hidup dengan Dia.” (2 Timotius 2:11)

Kalimat pengandaian di ayat 2 Timotius 2:11-13 semuanya adalah tipe pertama. Kalimat pengandaian tipe pertama menyatakan sebuah fakta atau apa yang diasumsikan benar.

Karena kita tahu bahwa klausa pengandaian itu benar, maka klausa penutupnya harus juga benar. Ternyata memang fakta bahwa semua orang percaya akan hidup dengan Yesus Kristus selamanya.

“jika kita bertekun [terus maju secara rohani lewat tekanan hidup], kita pun akan ikut memerintah dengan Dia [dalam kerajaan seribu tahun]. Jika kita menyangkal Dia [gagal untuk mencapai kedewasaan dan memuliakan Allah], Dia pun akan menyangkal kita [upah di dalam kekekalan].” (2 Tim 2:12)

Orang percaya akan menerima upah dari Tuhan Yesus Kristus atau ditolak upahnya tergantung pada apakah ia sudah memenuhi rencana Allah di dalam hidupnya atau belum. Ungkapan “jika kita bertekun”, berarti secara konsisten mempelajari doktrin Alkitab dan berhasil menerapkannya pada saat tekanan-tekanan dan masalah-masalah kehidupan, tanpa menjadi terkecoh. Bertekun juga berhubungan dengan doktrin yang tercerna sehingga seseorang bisa mengembangkan kasih resiprokal kepada anggota-anggota Tritunggal. Orang percaya yang terus maju secara rohani hingga mencapai kedewasaan rohani akan diangkat untuk memerintah bersama Yesus Kristus di Kerajaan Seribu Tahun:

“Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya [dari hidup fisik orang percaya], kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.” (Wahyu 2:26)

Firman Allah adalah pikiran dari Yesus Kristus. Jika anda menolak untuk menjadikan Firman Allah sebagai prioritas nomor satu di dalam kehidupan, maka anda sedang menolak Yesus Kristus. Jika anda gagal untuk maju untuk mencapai kedewasaan rohani dan memuliakan Allah dalam masa waktu yang masih ada, maka anda akan ditolak untuk menerima upah kekekalan ketika Yesus Kristus mengevaluasi semua orang percaya setelah peristiwa rapture. Akan tetapi, kegagalan untuk menjalani kehidupan rohani tidak berarti kehilangan keselamatan:

“jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Tim 2:13)

Meskipun saat ini seorang Kristen mungkin sepenuhnya tidak setia kepada Yesus Kristus, ia masih berada di dalam kesatuan dengan Yesus Kristus. Jadi, kalau Yesus Kristus menolak orang percaya maka ia menolak diri-Nya sendiri. Dan ini merupakan suatu penistaan bahkan jika hal ini mulai timbul di dalam pikiran.

Disiplin Ilahi menyiratkan keamanan

 

Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita masuk ke dalam suatu hubungan keluarga dengan Allah. Galatia 3:26 berkata: “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Sekali kita menjadi anak, kita akan selalu menjadi anak. Seseorang mungkin bisa menjadi putra atau putri yang baik, atau putra atau putri yang buruk, tetapi kita tidak bisa mengubah hubungan yang kita miliki dengan orang tua. Hal yang sama berlaku dengan hubungan kita dengan Allah.

“Apabila ia jatuh [kegagalan orang percaya], tidaklah sampai tergeletak [tidak akan kehilangan keselamatan], sebab TUHAN menopang tangannya (orang percaya) dengan tangan-Nya (tangan Tuhan).” (Mazmur 37:24)

 

Fakta bahwa Allah mendidik mendisiplinkan orang-orang percaya secara keras memiliki arti bahwa Dia tidak mencabut keselamatan mereka. Jika seorang Kristen gagal di dalam kehidupan rohaninya, ia akan menerima pendisiplinan; kadang-kadang ringan dan kadang-kadang berat:

 

”Hai anakKu [masih sebagai seorang percaya], janganlah anggap enteng didikan pendisiplinan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya [semua orang Kristen], dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12:5b, 6)

Meskipun Allah tidak mencabut seorang anak dari keluarga-Nya, Ia memberikan didikan disiplin berat. Izinkan saya memberikan ilustrasi mengenai hal ini: Jika seorang karyawan di dalam sebuah perusahaan melakukan kesalahan berat, maka majikannya memiliki dua pilihan. Ia dapat memecat karyawan tersebut atau mendisiplinkannya. Jika ia memutuskan untuk memecat karyawan itu, maka tidak perlu lagi untuk melakukan pendisiplinan kepadanya. Akan tetapi, jika majikan memutuskan untuk mendisiplinkan karyawan tersebut, itu berarti karyawan tersebut masih menjadi seorang anggota dari perusahaan. Pendisiplinan Allah kepada kita memberikan arti bahwa kita masih ada di dalam keluarga-Nya.

Dimeteraikan oleh Roh Kudus

 

“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah  memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” (Efesus 4:30)

Pada saat ini sebuah tanda tangan atau cap stempel digunakan sebagai lambang otoritas dan pengesahan atas dokumen-dokumen penting, namun orang-orang Romawi menggunakan cincin meterai yang ditekankan pada lilin. Ketika seorang Romawi menekankan cincin meterainya pada lilin, ini disebutkan sebagai pembubuhan meterai. Pembubuhan meterai dahulu merupakan pengesahan tanda tangan. Ketika raja memeteraikan suatu proklamasi, itu menjadi undang-undang. Ketika orang melakukan tanda tangan kontrak di atas meterai, itu adalah sebuah pengesahan dari mereka bahwa mereka akan menghormati bagian perjanjiannya. Pembubuhan meterai dahulu digunakan sebagai suatu jaminan dari transaksi-transaksi dan pembuktian keaslian dokumen-dokumen resmi dan arahan seperti kebijakan-kebijakan dari para raja atau penguasa. Meterai yang dibubuhkan pada gua, perpustakaan dan perbendaharaan menunjukkan kepemilikan. Pembubuhan meterai juga digunakan untuk meratifikasi perjanjian atau kesepakatan.

 

Allah Roh Kudus menjamin bahwa anda akan turut serta pada saat pengangkatan gereja. Lebih dari itu, Ia telah membubuhi meterai-Nya di dalam jiwa anda dan menjadikan jiwa anda sebagai milik Allah. Jiwa anda bukanlah milik anda lagi. Meskipun jika anda ingin kembali ke Iblis, tetap tidak bisa.

 

Pada sebagian besar perikop-perikop di Alkitab, penebusan mengacu pada jiwa yang ditebus, tetapi pada ayat ini, hari penebusan mengacu pada saat pengangkatan Gereja dimana tubuh orang percaya di era Gereja akan ditebus. Jiwa sudah ditebus pada saat keselamatan, sedangkan tubuh ditebus pada saat Rapture. Tubuh anda akan ditebus. Ini adalah jaminan dari Allah.

 

Kegagalan manusia tidak membatalkan integritas Allah. Kelemahan manusia tidak membatalkan kekuatan Allah. Kurangnya integritas dari orang percaya tidak dapat membatalkan integritas Allah. Kegagalan untuk memenuhi rencana Allah tidak membatalkan keamanan kekal. Orang yang berpikir bahwa mereka bisa melakukan berbagai dosa yang akan dapat membatalkan keselamatan lebih terkesan pada kegagalan manusia daripada hidup mereka di dalam rancangan kasih karunia Allah. Mereka terlalu tinggi menaksir kekuatannya sendiri dan meremehkan kasih karunia dan kuasa Allah.

Bab 4.

Keamanan Kekal

 

 

Keamanan Kekal dapat dijelaskan sebagai sebuah hubungan yang tidak terputus dari kasih Allah, yang memberikan kita keselamatan dan keamanan kekal dengan dasar kasih karunia Allah, bukan karena kebaikan pribadi kita.

 

Sebab itu, kita yang sudah dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:1-2)

 

Kalimat, “kita sudah beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini” adalah sebuah referensi untuk memperoleh keselamatan, sedangkan bentuk perfect tense dari kata Yunani “histemi” dalam kalimat “di dalam kasih karunia ini kita berdiri”, memiliki arti bahwa kita berdiri di dalam kasih karunia pada saat keselamatan, dan kita terus berdiri di dalam kasih karunia untuk selama-lamanya, yakni keamanan kekal. Kita sebelumnya tidak layak menerima keselamatan, dan seberapa pun kita bertumbuh secara rohani tidak akan pernah membuat kita menjadi layak. Jadi, jaminan keamanan kekal kita tidak bisa berdasarkan  moralitas dan kebenaran manusia, tetapi pada kasih karunia dan kasih Allah.

 

“Sebab karena kasih karunia kamu sudah diselamatkan [εστε σεσωσµενοι / este sesosmenoi (bentuk kata kerja perifrastik)] oleh iman, dan itu [τουτο / touto – mengacu pada keselamatan] bukan hasil usahamu; tetapi pemberian Allah, dan bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.” (Efesus 2:8-9)

 

Kita sudah diselamatkan oleh kasih karunia, sehingga keselamatan kita dijaga oleh kasih karunia. Dahulu sebelum menerima keselamatan, kita adalah orang-orang berdosa, dan kita adalah orang-orang berdosa setelah keselamatan. Karena Allah menyelamatkan kita ketika kita dahulu masih merupakan orang-orang berdosa yang tidak benar, kita dapat yakini bahwa Dia tidak akan mencabut keselamatan kita meskipun kita masih menjadi orang-orang berdosa yang tidak benar.

 

Kalimat kerja “sudah diselamatkan”, sesungguhnya adalah dua bentuk kata kerja yang berdampingan di dalam Bahasa Yunani. Bentuk ini disebut perifrastik dan merupakan bentuk kata kerja yang paling kuat di dalam bahasa Yunani. Pembentukan perifrastik di sini mencakup intensive perfect tense yang menitik beratkan pada hasil dari aksi kata kerja, yaitu suatu keselamatan yang mencakup keamanan kekal. Paulus menggunakan bentuk kata kerja yang paling kuat di dalam bahasa Yunani untuk menitik beratkan kepastian keamanan kekal. Terjemahan penuh dalam Bahasa Inggris menjadi: oleh kasih karunia kamu sudah dipastikan selamat oleh iman...” Akan tetapi, karena terjemahan ini sedikit agak rumit di dalam bahasa Inggris, kita biasanya menggunakan terjemahan yang lebih sederhana, lebih pendek namun kurang akurat. Kesimpulannya Paulus sedang menekankan  suatu fakta bahwa keamanan kekal itu sepenuhnya merupakan urusan kasih karunia, sehingga tidak bisa diubah oleh orang Kristen.

 

Kata ganti penunjuk “ini: (τουτο) adalah dalam bentuk jenis kelamin netral. Sehingga, kata yang mendahuluinya tidak bisa menggunakan kata-kata “kasih karunia” atau “iman”, karena kedua kata ini merupakan bentuk feminin. Dengan kata lain, di dalam kalimat ini, kata ganti penunjuk tidak memiliki sebuah kata pendahulu. Ketika hal ini terjadi di dalam bahasa Yunani, seluruh ide yang mendahuluinya digunakan sebagai pendahulu. Ide yang mendahului kalimat ini adalah keselamatan. Jadi, kata ini merujuk kepada keselamatan.

 

Memahami tata bahasa dalam perikop ini menjadi sangat penting. Ketika seseorang tidak memahami perikop ini dengan baik, maka ia dengan mudah mengembangkan teologi yang salah. Prinsip yang dapat kita pelajari di sini adalah interpretasi yang benar tidak selalu bisa dipahami hanya dari sebuah terjemahan. Lebih dari pada itu, jika interpretasinya tidak benar, pengajaran menjadi tidak benar. Pengajaran yang tidak benar menghasilkan teologi yang salah, dan dari situ orang percaya akan menerapkan hal yang salah di dalam kehidupan rohaninya.

 

Sekarang, lewat interpretasi yang benar, kita dapat lihat bahwa “pemberian Allah” mengacu pada keselamatan. Setiap kali Allah memberikan suatu pemberian, tidak ada syarat yang menempel di balik itu. Allah tidak berkata, “Kalau kamu baik, kamu bisa menyimpan pemberian ini, tetapi kalau kamu tidak baik, Aku akan mengambilnya kembali darimu.” Lebih dari itu, karena keselamatan diberikan sebagai sebuah pemberian, Allah tidak mengharap atau menuntut sesuatu kembali. Banyak orang memberikan pemberian-pemberian dengan berharap, dan di dalam beberapa kasus bahkan menuntut, sesuatu kembali. Ini bukan pemberian yang benar. Ketika Allah memberikan suatu pemberian, maka itu adalah pemberian yang benar. Jadi, karena keselamatan diberikan oleh Allah sebagai suatu pemberian, Ia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk mengambilnya kembali dari kita.

 

 

Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah

 

Karena posisi kita berada di dalam kesatuan dengan Kristus, maka kita berbagi Kasih yang Allah Bapa miliki untuk anak-Nya. Tidak ada yang dapat  memisahkan kita dari kasih Allah. Untuk menekankan poin ini, Paulus bahkan mengklasifikasikan 6 kategori yang spesifik (4 kategori kelompok dan 2 kategori individu) untuk secara lengkap mencakup jangkauan pengaruh yang dapat mengelabuhi orang-orang percaya untuk berpikir bahwa mereka akan dipisahkan dari Kristus dan kehilangan keselamatannya.

 

“Sebab aku yakin, bahwa (1) baik maut maupun hidup, (2) baik malaikat-malaikat (yang terpilih dan jatuh), maupun pemerintah-pemerintah (jenderal-jenderal malaikat dan organisasi-organisasinya) (3) baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang (4) atau kuasa-kuasa (malaikat atau organisasi manusia yang berkuasa) (5) baik yang di atas, maupun yang di bawah (6) ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.” (Roma 8:38-39)

 

1. Baik maut maupun hidup...

Apapun keadaan yang anda hadapi pada saat anda akan segera meninggalkan kehidupan fisik anda, tidak ada hal apapun dalam maut yang dapat memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin meninggal dengan keadaan gagal secara rohani. Tetapi anda tetap tidak bisa dipisahkan dari hubungan anda dengan Allah. Selain itu, tidak ada hal apapun di dalam hidup yang bisa memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin merasa sangat depresi dan kepahitan akan kehidupan sehingga anda mungkin meninggalkan keselamatan atau mengambil keputusan untuk bunuh diri, tetapi anda masih ada di dalam kesatuan dengan Kristus.

 

2. .... baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah...

Meskipun malaikat dan organisasi-organisasi kemalaikatan baik yang terpilih maupun yang jatuh memiliki kekuatan yang luar biasa, mereka tidak memiliki cukup kuasa untuk memisahkan anda dari kasih Allah. Iblis memiliki kekuatan yang luar biasa, namun dia tidak bisa mematahkan ikatan hubungan yang sudah ada antara orang percaya di era gereja dengan Allah.

 

3. ... baik yang ada sekarang maupun yang akan datang....

Tidak ada hal apapun yang ada di masa kini maupun yang akan datang yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Beberapa orang memiliki suatu imajinasi yang besar mengenai masa depan. Mereka mungkin berimajinasi mengenai sebuah bom hidrogen yang akan meledak di dekat mereka dan melelehkan tubuhnya. Akan tetapi, meskipun ada bom yang dapat melelehkan tubuh anda, itu tidak bisa menghancurkan jiwa anda dan hubungan anda dengan Allah.

 

4. ... baik kuasa-kuasa...     Tidak ada organisasi, baik kemalaikatan atau kemanusiaan, yang dapat memisahkan anda dari kasih Allah. Contohnya, suatu pemerintahan komunis mungkin dapat mengeluarkan undang-undang yang melanggar orang untuk percaya kepada Yesus Kristus. Namun mereka tidak punya kuasa untuk mengubah kasih Allah kepada anda.

 

5. ... baik yang di atas maupun yang di bawah...  Tidak ada siapa-pun di surga (di atas) yang bisa memisahkan anda dari kasih Allah. Anda mungkin naik sebuah roket dan berangkat pergi sejauh jutaan mil dari bumi, tetapi anda tidak bisa memisahkan diri anda dari Allah. Anda mungkin bisa jatuh ke lubang yang sangat dalam di bawah bumi, tetapi ini tidak bisa memisahkan anda dari kasih Allah.

 

 

6. ... ataupun sesuatu makhluk lain...

 

Pada saat ditulis, ayat ini mungkin mengacu kepada Nero, kaisar Romawi yang terkenal karena penganiayaannya yang jahat terhadap orang-orang Kristen. Ini merujuk kepada semua orang yang tidak percaya yang memiliki kuasa yang lebih besar dari anda. Tidak peduli seberapa besar kuasa yang mungkin dimiliki oleh seseorang, kuasanya itu tidak berarti jika dibandingkan dengan Allah.

 

 

Di dalam setiap hubungan yang baik pasti ada keamanan. Untuk itu, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, Allah menyediakan keamanan kekal kepada kita. Kita selamanya adalah anak-anakNya. Dengan memiliki keyakinan akan fakta ini, kita sekarang dapat berkonsentrasi untuk mengembangkan sebuah hubungan yang indah dengan Dia.

 

Keselamatan tidak tergantung pada kesetiaan kita kepada Allah

 

Hal yang terbesar yang Allah sudah lakukan kepada kita adalah mengirimkan Putra yang dikasihiNya ke atas kayu salib. Oleh karena Ia telah melakukan  hal yang terbesar kepada musuh-musuhNya – orang-orang yang tidak percaya (Rom 5:10) – maka tepat secara logika bahwa Ia akan melakukan hal yang lebih kecil kepada anak-anak yang dikasihiNya. Untuk menjadi perbandingan, bagi Allah untuk memelihara keselamatan kita, untuk memberikan solusi-solusi kepada semua masalah yang akan kita hadapi, dan untuk memberikan kebangkitan tubuh kepada kita merupakan hal yang lebih kecil daripada bagi-Nya untuk menjadikan AnakNya sebagai seorang mediator dalam kesatuan hipostatik dan menuju ke atas kayu salib.

 

“Ia [Allah Bapa], yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32)

 

Keselamatan kita tidak tergantung pada kesetiaan kita. Sebaliknya, itu tergantung pada kesetiaan Allah.

 

“Benarlah perkataan ini: ”Jika kita mati dengan Dia [dan kita sudah], kita pun akan hidup dengan Dia.” (2 Timotius 2:11)

 

Kalimat pengandaian di ayat 2 Timotius 2:11-13 semuanya adalah tipe pertama. Kalimat pengandaian tipe pertama menyatakan sebuah fakta atau apa yang diasumsikan benar.

 

Karena kita tahu bahwa klausa pengandaian itu benar, maka klausa penutupnya harus juga benar. Ternyata memang fakta bahwa semua orang percaya akan hidup dengan Yesus Kristus selamanya.

 

“jika kita bertekun [terus maju secara rohani lewat tekanan hidup], kita pun akan ikut memerintah dengan Dia [dalam kerajaan seribu tahun]. Jika kita menyangkal Dia [gagal untuk mencapai kedewasaan dan memuliakan Allah], Dia pun akan menyangkal kita [upah di dalam kekekalan].” (2 Tim 2:12)

 

Orang percaya akan menerima upah dari Tuhan Yesus Kristus atau ditolak upahnya tergantung pada apakah ia sudah memenuhi rencana Allah di dalam hidupnya atau belum. Ungkapan “jika kita bertekun”, berarti secara konsisten mempelajari doktrin Alkitab dan berhasil menerapkannya pada saat tekanan-tekanan dan masalah-masalah kehidupan, tanpa menjadi terkecoh. Bertekun juga berhubungan dengan doktrin yang tercerna sehingga seseorang bisa mengembangkan kasih resiprokal kepada anggota-anggota Tritunggal. Orang percaya yang terus maju secara rohani hingga mencapai kedewasaan rohani akan diangkat untuk memerintah bersama Yesus Kristus di Kerajaan Seribu Tahun:

 

“Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya [dari hidup fisik orang percaya], kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa.” (Wahyu 2:26)

 

Firman Allah adalah pikiran dari Yesus Kristus. Jika anda menolak untuk menjadikan Firman Allah sebagai prioritas nomor satu di dalam kehidupan, maka anda sedang menolak Yesus Kristus. Jika anda gagal untuk maju untuk mencapai kedewasaan rohani dan memuliakan Allah dalam masa waktu yang masih ada, maka anda akan ditolak untuk menerima upah kekekalan ketika Yesus Kristus mengevaluasi semua orang percaya setelah peristiwa rapture. Akan tetapi, kegagalan untuk menjalani kehidupan rohani tidak berarti kehilangan keselamatan:

 

“jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Tim 2:13)

 

Meskipun saat ini seorang Kristen mungkin sepenuhnya tidak setia kepada Yesus Kristus, ia masih berada di dalam kesatuan dengan Yesus Kristus. Jadi, kalau Yesus Kristus menolak orang percaya maka ia menolak diri-Nya sendiri. Dan ini merupakan suatu penistaan bahkan jika hal ini mulai timbul di dalam pikiran.

 

 

Disiplin Ilahi menyiratkan keamanan

 

Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita masuk ke dalam suatu hubungan keluarga dengan Allah. Galatia 3:26 berkata: “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus.” Sekali kita menjadi anak, kita akan selalu menjadi anak. Seseorang mungkin bisa menjadi putra atau putri yang baik, atau putra atau putri yang buruk, tetapi kita tidak bisa mengubah hubungan yang kita miliki dengan orang tua. Hal yang sama berlaku dengan hubungan kita dengan Allah.

 

“Apabila ia jatuh [kegagalan orang percaya], tidaklah sampai tergeletak [tidak akan kehilangan keselamatan], sebab TUHAN menopang tangannya (orang percaya) dengan tangan-Nya (tangan Tuhan).” (Mazmur 37:24)

 

Fakta bahwa Allah mendidik mendisiplinkan orang-orang percaya secara keras memiliki arti bahwa Dia tidak mencabut keselamatan mereka. Jika seorang Kristen gagal di dalam kehidupan rohaninya, ia akan menerima pendisiplinan; kadang-kadang ringan dan kadang-kadang berat:

 

”Hai anakKu [masih sebagai seorang percaya], janganlah anggap enteng didikan pendisiplinan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya [semua orang Kristen], dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12:5b, 6)

 

Meskipun Allah tidak mencabut seorang anak dari keluarga-Nya, Ia memberikan didikan disiplin berat. Izinkan saya memberikan ilustrasi mengenai hal ini: Jika seorang karyawan di dalam sebuah perusahaan melakukan kesalahan berat, maka majikannya memiliki dua pilihan. Ia dapat memecat karyawan tersebut atau mendisiplinkannya. Jika ia memutuskan untuk memecat karyawan itu, maka tidak perlu lagi untuk melakukan pendisiplinan kepadanya. Akan tetapi, jika majikan memutuskan untuk mendisiplinkan karyawan tersebut, itu berarti karyawan tersebut masih menjadi seorang anggota dari perusahaan. Pendisiplinan Allah kepada kita memberikan arti bahwa kita masih ada di dalam keluarga-Nya.

 

 

Dimeteraikan oleh Roh Kudus

 

“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah  memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.” (Efesus 4:30)

 

Pada saat ini sebuah tanda tangan atau cap stempel digunakan sebagai lambang otoritas dan pengesahan atas dokumen-dokumen penting, namun orang-orang Romawi menggunakan cincin meterai yang ditekankan pada lilin. Ketika seorang Romawi menekankan cincin meterainya pada lilin, ini disebutkan sebagai pembubuhan meterai. Pembubuhan meterai dahulu merupakan pengesahan tanda tangan. Ketika raja memeteraikan suatu proklamasi, itu menjadi undang-undang. Ketika orang melakukan tanda tangan kontrak di atas meterai, itu adalah sebuah pengesahan dari mereka bahwa mereka akan menghormati bagian perjanjiannya. Pembubuhan meterai dahulu digunakan sebagai suatu jaminan dari transaksi-transaksi dan pembuktian keaslian dokumen-dokumen resmi dan arahan seperti kebijakan-kebijakan dari para raja atau penguasa. Meterai yang dibubuhkan pada gua, perpustakaan dan perbendaharaan menunjukkan kepemilikan. Pembubuhan meterai juga digunakan untuk meratifikasi perjanjian atau kesepakatan.

 

Allah Roh Kudus menjamin bahwa anda akan turut serta pada saat pengangkatan gereja. Lebih dari itu, Ia telah membubuhi meterai-Nya di dalam jiwa anda dan menjadikan jiwa anda sebagai milik Allah. Jiwa anda bukanlah milik anda lagi. Meskipun jika anda ingin kembali ke Iblis, tetap tidak bisa.

 

Pada sebagian besar perikop-perikop di Alkitab, penebusan mengacu pada jiwa yang ditebus, tetapi pada ayat ini, hari penebusan mengacu pada saat pengangkatan Gereja dimana tubuh orang percaya di era Gereja akan ditebus. Jiwa sudah ditebus pada saat keselamatan, sedangkan tubuh ditebus pada saat Rapture. Tubuh anda akan ditebus. Ini adalah jaminan dari Allah.

 

Kegagalan manusia tidak membatalkan integritas Allah. Kelemahan manusia tidak membatalkan kekuatan Allah. Kurangnya integritas dari orang percaya tidak dapat membatalkan integritas Allah. Kegagalan untuk memenuhi rencana Allah tidak membatalkan keamanan kekal. Orang yang berpikir bahwa mereka bisa melakukan berbagai dosa yang akan dapat membatalkan keselamatan lebih terkesan pada kegagalan manusia daripada hidup mereka di dalam rancangan kasih karunia Allah. Mereka terlalu tinggi menaksir kekuatannya sendiri dan meremehkan kasih karunia dan kuasa Allah.

 

 

 

Bab 5.

Mazmur 118:24

Sukacita yang Super Berlimpah

 

 

Mazmur 118:24 “Inilah hari yang dijadikan Tuhan. Marilah kita bersorak-sorak dan miliki sukacita yang super berlimpah [simicha] karenanya.”

 

Kata Ibrani “simicha” tidak dapat diterjemahkan ke Bahasa Inggris dalam satu kata. Terjemahan yang terbaik untuk kata ini adalah “untuk memiliki sukacita yang super berlimpah”.

 

 

Prinsip-prinsip:

 

1. Allah menyediakan satu hari pada satu kali waktu dan doktrin (suatu kehidupan rohani) untuk menikmati hari itu. Ini berarti bahwa jika seseorang lalai untuk belajar dan menerapkan doktrin pada suatu hari tertentu, ia akan kehilangan suatu berkat. Jika seorang percaya mengakumulasikan hari-harinya tanpa doktrin dan berkat, ia akan berada di dalam permasalahan serius baik dengan satu atau cara lain. Allah menghendaki agar orang percaya menikmati setiap harinya dengan sukacita yang super berlimpah.

 

2. Akumulasi dari doktrin hari ini ditambah dengan doktrin di esok hari berarti berkat yang besar di hari depan. Allah memberikan kepada orang percaya 24 jam setiap hari, namun orang yang egois masih tetap kurang menghargainya sehingga ia menolak untuk  menggunakan waktu meskipun satu jam saja pada hari itu untuk belajar akan Firman Allah. Ia mengira kepentingan pribadinya lebih penting daripada rancangan Allah di dalam hidupnya, sehingga ia menjadi sangat sibuk dengan nilai-nilai dan prioritas-prioritas yang salah yang membuatnya tidak ada waktu atau ketertarikan untuk mempelajari doktrin Alkitab secara konsisten. Hasilnya adalah ia menjadi ‘bodoh’, tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman akan Allah (Yer 4:22). Sehingga, kesombongannya akan membuatnya tetap bebal terhadap Allah dan rancangan-Nya, dan menghambatnya untuk menemukan sukacita yang super berlimpah.

 

3.  Dengan kehilangan berkat di tiap-tiap hari, kita menunda berkat-berkat hari depan. Abraham mengeluh bahwa ia tidak memiliki seorang putra (Kej 15:2, 3). Ia kehilangan berkat yang sudah Allah sediakan kepadanya pada saat itu, pada hari itu. Jadi Allah menunda berkat-Nya selama 14 tahun lagi. Abraham berumur 85 tahun pada saat ia mengeluh; lalu ia diberikan anak pada umur 99 tahun, saat dimana akhirnya ia memiliki kapasitas untuk (kemampuan untuk menghargai) berkat besar yakni memiliki seorang putra yang akan menjadi bangsa pilihan Allah.

 

4.  Orang percaya yang belum mengakumulasikan doktrin Alkitab di dalam jiwanya mengharapkan kebahagiaan dari orang lain, barang-barang dan situasi-situasi. Akan tetapi, oleh karena orang lain, barang-barang dan situasi tersebut tidak memberikan kebahagiaan kepada orang percaya, ia akhirnya menjadi frustrasi, kepahitan dan penuh dengan keluhan.

 

5. Allah dengan murah hati menyediakan doktrin harian kepada setiap orang percaya yang sungguh-sungguh ingin belajar, supaya ia memiliki kapasitas untuk menikmati setiap harinya dengan sukacita yang super berlimpah, berdasarkan pada keyakinannya di dalam kasih dan penyediaan Allah.

 

 

 

Bab 6.

Roma 5:6

Kesempurnaan Kristus

 

 

Ketika beberapa pembaca mungkin akan menemukan bahwa perikop berikut ini di beberapa bagiannya agak bersifat teknis dan tampaknya tidak ada penerapan langsung bagi kehidupan rohani, sangatlah penting bagi anda untuk mengerti bagaimana kita menerima kodrat dosa pada awal kehidupan manusia dan bagaimana itu berdampak pada kehidupan kita; dan juga bagaimana oleh karena kasih karunia Allah kita dapat menerima kebenaran-Nya pada saat kita percaya pada Kristus. Pengetahuan akan konsep-konsep ini akan memberikan anda suatu dasar yang lebih kuat untuk memahami dan menghargai karakteristik Allah, serta memberikan sebuah pemahaman yang lebih baik mengenai rancangan-Nya  bagi umat manusia dan anda sebagai pribadi orang percaya.

 

Roma 5:6 “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati sebagai pengganti orang-orang durhaka [orang-orang tidak percaya] pada waktu yang ditentukan oleh Allah.”

 

Umat manusia lahir dengan kodrat dosa dan tanpa suatu roh manusia.

 

Ketika Adam melakukan dosa asli yakni ketidaktaatan ia mati setelah rohani – yaitu, ia menerima suatu kodrat dosa dan kehilangan roh manusianya. Adam sudah diperingatkan bahwa pada hari ia makan buah dari Pohon Pengetahuan Tentang yang Baik dan yang Jahat, ia akan mati secara rohani.

 

“Tetapi Pohon Pengetahuan Tentang yang Baik dan yang Jahat itu, janganlah kau [Adam] makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya sekarat [infinitif Ibrani: τωµ mot: kematian rohani], engkau akan mati  [Kata imperfect Ibrani: τωµτ tamut: kematian fisik]” (Kej 2:17).

 

Di dalam kebanyakan penerjemahan dari Kejadian 2:17, kata ulang dari kata kerja Ibrani (infinitif diikuti dengan imperfect) diterjemahkan sebagai suatu intensif “engkau pasti akan mati”. Akan tetapi, penerjemahan tersebut tidak memberikan makna sebenarnya dari ayat ini. Pengulangan kata kerja Ibrani “mot tamut” harus diterjemahkan “sekarat engkau akan mati” sebagaimana telah diperdebatkan oleh beberapa cendekiawan. Pada kasus ini infinitif “sekarat” mengacu pada kematian rohani, dan “engkau akan mati” mengacu pada kematian fisik. Adam dan istrinya secara langsung mati secara rohani, tetapi tidak mati secara fisik hingga beberapa tahun kemudian.

 

Pada hari dimana Adam dan istrinya makan buah itu, mereka memperoleh kodrat dosa dan kehilangan roh manusia mereka. Mereka menunjukkan bahwa mereka memiliki  kodrat dosa ketika mereka menutupi dirinya dengan daun pohon ara (Kej 3:7). Di sini, Adam menunjukkan bagaimana manusia dengan kodrat dosanya berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah lewat beberapa metode kebaikan manusia atau agama. Lalu, ketika Tuhan datang ke taman itu dan memanggil mereka supaya Dia dapat mengadili mereka, mereka menunjukkan bahwa mereka sudah kehilangan roh manusia mereka dengan bersembunyi dari Tuhan (Kej 3:8). Tidak memiliki roh manusia artinya tidak memiliki hubungan dengan Allah; tidak memiliki hubungan dengan Allah artinya penghakiman. Seandainya Yesus Kristus mengumumkan bahwa Ia akan berkunjung ke kota anda pada esok hari untuk menghakimi, maka kebanyakan orang percaya akan menyambut Dia meskipun mereka ada di luar persekutuan. Akan tetapi, kebanyakan orang percaya akan berdiri jauh-jauh karena mereka tidak memiliki roh manusia dan tidak memiliki hubungan dengan Allah. Selain itu, karena Adam dan Hawa sudah tidak lagi memiliki hubungan dengan Allah, mereka dengan mudah menyerah pada godaan ketakutan yang disebabkan oleh kodrat dosanya (Kej 3:10). Dalam kejatuhannya, Adam dan istrinya memiliki kodrat dosa, tetapi tidak lagi memiliki roh manusia. Hasilnya, keturunan-keturunan Adam sejak lahir juga memiliki kodrat dosa (Rom 5:12) dan tidak memiliki roh manusia (1 Kor 2:14; Yudas 19). Keturunan Adam lahir sebagaimana Adam yang telah jatuh.

 

“Sebab itu, sama seperti kodrat dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam, bukan perempuan itu], dan oleh kodrat dosa itu juga maut [Allah secara legal memperhitungkan dosa asli Adam kepada kodrat dosa dari individu pada saat lahir], demikianlah maut [kematian rohani] itu telah menjalar [lewat sperma laki-laki] kepada semua orang, karena  di dalam dia [umat manusia secara sperma di dalam Adam] semua orang telah berbuat dosa [Dosa Asli Adam diperhitungkan pada saat kelahiran].” (Rom 5:12)

 

Paulus memanggil orang tidak percaya ‘manusia tanpa  berjiwa’ karena orang tidak percaya memiliki tubuh dan jiwa, tetapi tidak memiliki roh manusia:

 

“Tetapi manusia tanpa berjiwa [ψυχικος ανθρωπος (psukikos anthropos)] tidak menerima apa [Firman Allah] yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. [seseorang butuh roh manusia]” (1 Kor 2:14)

 

Yudas bahkan menjelaskan manusia tanpa berjiwa kepada kita, dengan secara jelas menyatakan bahwa orang tidak percaya tidak memiliki sebuah roh manusia:

 

“Mereka [orang-orang tidak percaya] adalah pemecah belah,

orang-orang tanpa berjiwa [ψυχικοι (psuchikoi)] yang hidup tanpa tidak memiliki roh [πνευµα µη εκχοντες (pneuma me echotes)].”  (Yudas 1:19)

 

 

Kodrat dosa tinggal di dalam struktur sel tubuh.

 

Ketika orang percaya berada di luar persekutuan, kodrat dosa mengontrol jiwa. Ketika kodrat dosa mengontrol jiwa, orang percaya disebutkan sebagai memiliki ‘hati yang sangat licik’ (Yeremia 17:9). Dengan kata lain, kodrat dosa yang tinggal di dalam struktur sel tubuh memberikan godaan yang masuk ke dalam jiwa dan menjadi terdefinisi ke dalam kata-kata dan pikiran. Jadi, meskipun kodrat dosa tidak tinggal di dalam jiwa, dia menarik kemauan jiwa dengan berbagai godaan. Ketika godaan ini terdefinisi, kemauan harus mengambil keputusan untuk menerima atau menolak. Jika seseorang mengizinkan godaan itu, kodrat dosa akan mengontrol jiwanya dan dosa akan diproduksi (Yakobus 1:13-15).

 

Kodrat dosa bukan merupakan bagian dari jiwa. Karena kodrat dosa adalah materi dan dapat mati, ia tidak bisa menjadi bagian intrinsik dari jiwa yang tidak berwujud dan kekal. Lebih dari itu, Allah yang benar tidak bisa menciptakan apa pun yang berkaitan dengan kejahatan dan kodrat dosa itu secara jelas adalah kejahatan. Jadi, ketika Allah menciptakan jiwa pada saat kelahiran setiap umat manusia, jiwa tidak memiliki kodrat dosa. Paulus menggunakan kata σαρξ / sarks (daging);  ′αµαρτια / hamartia (dosa, kodrat dosa); το σωµα της ′αµαρτιας  / to soma tes harmartias  (tubuh dosa) dan ′ο παλαιος ′ηµων ανθρωπος / ho palaios  hemon anthropos (manusia lama kita) untuk kodrat dosa. Paulus memanggil kodrat dosa ‘daging’ dan ‘tubuh dosa’ karena kodrat dosa tinggal di dalam sel tubuh. Ia memanggilnya ‘manusia lama kita’ karena memang dia lama (tua) seperti taman itu:

 

“Sebab kita tahu, bahwa hukum Hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging [kodrat dosa], terjual di bawah kuasa dosa [kodrat dosa].” (Roma 7:14).

 

“Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging [kodrat dosa].” (Galatia 5:16)


“Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita [kodrat dosa] telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa [kodrat dosa] kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa [kodrat dosa].” (Roma 6:6).

 

Kodrat dosa diturunkan kepada manusia lewat persetubuhan.

 

Karena kodrat dosa tinggal di dalam struktur sel tubuh, dia diturunkan kepada generasi berikutnya secara biologis. Sperma dan sel telur adalah kehidupan biologis. Maka, ketika sperma dan sel telur menyatu pada saat pembuahan, kehidupan biologis terjadi dan kodrat dosa disalurkan kepada anak cucu.

Sekarang, Daud mengerti bahwa kodrat dosa diturunkan lewat pembuahan. Beberapa teolog sepenuhnya salah paham pada kalimat, “dalam dosa aku diperanakkan.” Mereka berpikir Isai, ayah Daud melakukan perzinahan sehingga melahirkan Daud. Ini sangat konyol! Tidak ada alasan bagi Daud untuk membuat pernyataan mengenai ayahnya, meskipun hal itu benar. Daud sedang mengajarkan sebuah hal yang sangat penting dari doktrin: yaitu bahwa kodrat dosa diturunkan lewat pembuahan.

 

“Sesungguhnya, dalam kesalahan [dosa asli Adam yang diperhitungkan] aku diperanakkan dan dalam dosa aku dikandung ibuku [kodrat dosa diturunkan lewat konsepsi].” (Mazmur 51:7).

 

Karena Adam telah diberikan otoritas atas perempuan, dan karena ia melakukan dosa dengan mengetahui konsekuensinya, ia yang menjadi orang yang menurunkan kodrat dosa kepada keturunannya:

 

“Sebab itu, sama seperti kodrat dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang [Adam, bukan perempuan], dan oleh kodrat dosa itu juga maut [kematian rohani], demikianlah maut [kematian rohani] itu telah menjalar [lewat sperma laki-laki] kepada semua orang, karena dia [umat manusia yang dibuahkan dari Adam]  semua orang telah berbuat dosa [karena dosa awal Adam yang diperhitungkan sejak lahir].” (Roma 5:12)

 

Supaya Allah menurunkan kodrat dosa melalui laki-laki lewat persetubuhan, kodrat dosa harus tinggal di dalam sperma, bukan sel telur. Sel telur harus terus bebas dari kodrat dosa supaya rancangan Allah mengenai keselamatan bagi umat manusia dapat terpenuhi. Jika kodrat dosa juga tinggal di dalam sel telur, maka kemanusiaan Kristus juga akan lahir di dalam kodrat dosa, yang akan menyebabkan umat manusia tidak dapat memiliki pengorbanan sempurna yang dibutuhkan untuk menebus dosa umat manusia.) Untuk itulah, Allah telah merancangkan produksi ovum berbeda dari produksi sperma.

 

Meskipun perempuan memiliki kodrat dosa dari tiap-tiap sel tubuhnya, sel telur, sebuah gamet (setengah sel), tidak memiliki kodrat dosa. Proses produksi sel telur disebut meiosis dan badan polar. Hanya satu ovum fungsional dibentuk dari tiap sel telur primer. Sel-sel lain memproduksi badan polar yang merosot. Kita dapat secara logika menyimpulkan bahwa kodrat dosa tinggal di dalam badan polar ini yang merosot dan hancur. Dengan ini ovum terbebas dari kontaminasi kodrat dosa.

 

Ketika seorang laki-laki memproduksi sperma, tidak ada hal yang hancur. Proses produksi sperma sangat berbeda dari proses pembentukan sel telur. Allah merancang proses-proses ini secara berbeda supaya laki-lakilah yang menjadi penyalur kodrat dosa kepada keturunan umat manusia, dan sel telur perempuan terbebas dari kodrat dosa.

 

 

Manusia adalah orang berdosa sejak lahir.

 

Kodrat dosa tidak dapat berfungsi tanpa kehidupan manusia karena godaan-godaan dari kodrat dosa harus dimasukkan ke dalam pikiran yang berada di dalam jiwa sebelum dia dapat menarik kemauan jiwa. Lebih tepatnya, kodrat dosa mulai berfungsi ketika janin menerima jiwa dan  memperoleh kehidupan manusia. Untuk itu, awal kehidupan manusia dan aktivasi dari kodrat dosa terjadi secara serentak. Kehidupan manusia dimulai ketika Allah menghubungkan jiwa ke dalam tubuh fisik, dimana Ia juga memperhitungkan jiwa kepada kodrat dosa. Maka, umat manusia dilahirkan hidup secara fisik, tetapi mati secara rohani.

 

“Karena semua orang telah berbuat dosa [lewat penghitungan dosa Adam pada saat kelahiran] dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” (Rom 3:23).

 

“Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa [dosa asli Adam diperhitungkan pada saat kelahiran], demikian pula oleh ketaatan satu orang [kemanusiaan Kristus] semua orang [yang percaya] menjadi orang benar [menerima kebenaran yang diperhitungkan pada saat keselamatan].” (Roma 5:19).

 

Kemanusiaan Kristus dilahirkan secara sempurna.

 

Allah tidak pernah melakukan segala sesuatu tanpa suatu alasan. Mengapa anda berpikir bahwa Allah tidak mengizinkan Yusuf untuk bersetubuh dengan Maria untuk membentuk kehidupan biologis Yesus? Jikalau demikian, Yesus Kristus tidak akan lahir secara sempurna karena Ia akan memperoleh kodrat dosa lewat sperma. Akan tetapi, untuk tetap menjaga rancangan Allah yang sempurna, Yusuf tidak diizinkan untuk bersetubuh dengan Maria sampai dengan kelahiran Yesus Kristus (Matius 1:25).

 

Lebih dari itu, Yoyakhin, nenek moyang dari Yusuf adalah orang yang sangat jahat. Karena dia sangat jahat, Allah memutuskan bahwa Mesias tidak akan datang dari garis keturunan Yoyakhin (juga disebut Yekhonya atau Konya). Garis keturunan ini dimulai dari Daud dan termasuk Salomo, Yoyakhin, dan Yusuf. Untuk itu Mesias tidak bisa datang dari keturunan Yusuf.

 

“Beginilah firman TUHAN: ”Catatlah orang ini sebagai orang yang tak punya anak [tidak punya keturunan raja], sebagai laki-laki yang tidak pernah berhasil dalam hidupnya; sebab seorang pun dari keturunannya tidak akan berhasil duduk di atas takhta Daud dan memerintah kembali di Yehuda.” (Yeremia 22:30).

 

Akan tetapi, garis keturunan Maria dimulai dari Daud, lalu Natan dan akhirnya Maria. Allah memilih silsilah ini untuk menjadi silsilah Mesias. Allah harus memakai dua puluh tiga kromosom Maria untuk membentuk kehidupan biologis dari kemanusiaan Kristus, jika tidak maka Kristus bukan merupakan Anak Daud. Allah juga harus memakai sel telur Maria karena nubuatan di Kejadian 3:15 berkata bahwa kemanusiaan Yesus Kristus akan datang lewat benih seorang perempuan.

 

“Pada waktu itu dan pada masa itu (kerajaan seribu tahun) Aku akan menumbuhkan Tunas keadilan bagi Daud [lewat Natan dan Maria] untuk muncul, dan  Ia [Yesus Kristus, Anak Daud] akan melaksanakan keadilan dan kebenaran di bumi.” (Yeremia 33:15)

 

“Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau [Iblis] dan perempuan ini [Juruselamat datang lewat perempuan], antara keturunanmu [orang tidak percaya] dan keturunannya [kemanusiaan Kristus dan orang-orang percaya]; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.” (Kejadian 3:15)

 

 

Tuhan Yesus Kristus menyelesaikan masalah manusia.

 

Sebagaimana Adam ditawari solusi penebusan demikian juga keturunannya juga harus ditawari solusi penebusan. Tuhan Yesus Kristus menjelaskan tentang salib kepada Adam dan istrinya dengan menggunakan korban hewan. Setelah keduanya meresponi dengan iman di dalam Tuhan Yesus Kristus, Ia membuatkan pakaian dari kulit binatang, sebuah lambang bahwa mereka dikenakan dengan pakaian kebenaran Allah (Kejadian 3:21). Meskipun salib belum terjadi secara historis, Allah tahu bahwa itu akan terjadi, dan juga dapat memberikan keselamatan kepada semua orang di zaman Perjanjian Lama yang percaya akan kedatangan Sang Mesias, Seorang yang akan mati untuk dosa-dosa mereka.*

 

* Kata ‘Mesias’ berarti ‘Yang Diurapi’ (dari Bahasa Ibrani), diterjemahkan di dalam Perjanjian Baru sebagai ‘Kristus’ dari Bahasa Yunani ‘Kristos’ yang memiliki arti yang sama.

 

Lalu pada saat yang tepat di dalam sejarah, Yesus Kristus naik ke atas kayu salib dan mati sebagai pengganti kita, yaitu, Ia dihakimi oleh karena dosa-dosa dari seluruh umat manusia. Dosa-dosa itu berkaitan dengan kematian rohani dari setiap manusia yang harus dihukum. Allah yang benar tidak dapat membiarkan dosa tanpa penghukuman. Akan tetapi, karena Allah adalah Allah yang sempurna, demikian juga Sang Korban pengganti dosa-dosa umat manusia juga harus sempurna. Karena Tuhan Yesus Kristus adalah pengganti yang sempurna bagi segenap umat manusia, Ia menerima hukuman dari semua dosa umat manusia. Kematian-Nya adalah sebuah penebusan dosa:

 

“Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:2).

 

“Dia [Yesus Kristus] yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya  [Allah Bapa] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” (2 Korintus 5:21)

 

      Kematian selalu melibatkan suatu pemisahan. Kemanusiaan Yesus Kristus dipisahkan dari Allah Bapa ketika Ia sedang dihakimi oleh karena dosa-dosa kita. Ini berarti Yesus Kristus tidak berada di dalam persekutuan dengan Bapa pada saat penghakiman:

 

“Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau [bentuk tunggal dari kata ganti orang kedua] meninggalkan Aku.” (Mazmur 22:1a; Matius 27:46)

 

Yesus Kristus sendiri tidak mati secara rohani. Untuk memikirkannya saja sudah merupakan penistaan. Dia tidak memiliki kodrat dosa; tidak diperhitungkan ke dalam dosa Adam; tidak memiliki dosa pribadi yang dilakukannya sendiri. Meskipun kemanusiaan Yesus Kristus tidak berada di dalam persekutuan dengan Bapa pada saat tiga jam terakhir di atas kayu salib, Ia terus memiliki persekutuan dengan Roh Kudus yang memampukan-Nya bertahan di saat kritis di dalam sejarah. Ketika Yesus berkata, “mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Ia tidak mengacu pada Allah Roh Kudus. Kata ganti “Engkau” ada dalam bentuk tunggal dan hanya mengacu pada Allah Bapa. Setelah tugas-Nya selesai di atas kayu salib, Ia berdoa kepada Bapa yang menunjukkan bahwa kehidupan rohani-Nya masih sempurna (Yohanes 19:30, Lukas 2:46).

 

Dengan cara ini Yesus Kristus telah menyediakan keselamatan kepada semua umat manusia. Jadi, meskipun umat manusia lahir tak berdaya dan terpisah dari Allah (orang-orang berdosa dengan suatu kodrat dosa dan tidak memiliki roh manusia), karya salib Yesus Kristus  telah menyelesaikan masalah dosa dan kodrat dosa, membuat  mungkin bagi umat manusia untuk memperoleh roh manusia pada saat keselamatan dan untuk memiliki hubungan kekal dengan Allah.

Bab 7.

Roma 8:29-30

Cetakan dan Kehendak Bebas di dalam Keputusan Ilahi

Romas  8:29-30: “[Kita tahu] bahwa semua orang yang diketahui-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara [orang-orang percaya di era Gereja]. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

 

NubuatanPengetahuan awal, ditentukan dari semula, dipilih, dibenarkan dan dimuliakan adalah kata-kata yang hanya berlaku bagi orang percaya di Era Gereja, tidak akan pernah berlaku kepada orang tidak percaya. Semua kata kerja di ayat 29 dan 30 adalah dalam bentuk aorist tense, yang berarti semua itu terjadi secara serentak di dalam pikiran Allah di dalam keabadian masa lalu. Jika menggunakan analogi dari seperangkat komputer, kita dapat berkata bahwa semua ini adalah cetakan (English text readsDalam teks Bahasa Inggrisnya: “print-out”) secara serentak dari komputer Keputusan Allah.

 

Pengetahuan Awal

Untuk memahami soal nubuatanpengetahuan awal, kita pertama-tama harus memahami Kemahatahuan Allah, dan bagaimana itu berhubungan dengan Keputusan Allah (“the Divine Decree”). Kemahatahuan Allah mengetahui  semua hal yang diketahui mengenai ciptaan-Nya secara serentak. Allah mengetahui semua pikiran, motivasi, keputusan, dan tindakan dari semua orang di dalam sejarah. Ia tidak saja mengetahui hasil nyata yang pernah terjadi di dalam sejarah, tetapi juga semua kemungkinan yang akan terjadi. Jadi, Ia tahu semua keputusan yang anda bisa lakukan, namun tidak dilakukan. Contohnya, jika anda memilih untuk menolak Yesus Kristus, Allah tahu secara pasti bagaimana anda nanti akan menghidupi hidup anda selanjutnya, dan bahkan dampak dari penolakan anda kepada Kristus kepada sejarah dunia. Kemahatahuan Allah tidak ada batasnya.

 

Allah tidak berpikir secara urutan waktu karena pengetahuan-Nya kekal dan terjadi secara serentak. Pengetahuan-Nya tidak dibatasi oleh waktu, sebuah konsep yang diciptakan secara spesifik kepada umat manusia (Kej 1:14). Maka, Kemahatahuan Allah selalu tahu siapa yang akan percaya kepada Yesus Kristus dan siapa yang tidak. Jadi itu seperti sejak triliunan tahun yang lalu, Allah mengetik nama anda pada sebuah file di dalam komputer dan Ia mengetik “Sudah percaya kepada Yesus Kristus” di samping nama anda.

Banyak orang Kristen kurang pengetahuan mengenai esensi Allah, dan mereka memiliki pikiran yang salah mengenai rancangan Allah akan  keselamatan umat manusia. Mereka berasumsi bahwa Allah secara khusus memilih mereka untuk menjadi orang-orang Kristen karena mereka sudah dipilih sejak keabadian masa lalu.  Mereka berpikir bahwa Allah harus berpikir secara kronologis seperti mereka. Mereka berpikir bahwa jika Allah sudah memilih mereka sejak triliunan tahun yang lalu, maka Ia sudah memilih mereka, sementara secara pribadi mengutuk tetangga-tetangga mereka yang tidak percaya ke neraka. Kita sedang membatasi Allah dengan pikiran kita yang terbatas. Allah tidak menghendaki seorang-pun binasa! Percaya bahwa Allah menghendaki demikian sungguh menghujat kebenaran dan kasih karunia Allah:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak yang tunggal yang lahir secara unik, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

 

“Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran yang termetabolisme.” (1 Tim 2:3, 4)

Allah selalu sudah mengetahui siapa yang akan percaya kepada Kristus dan menjadi orang-orang Kristen. Dengan jalan ini, Allah memilih mereka di dalam Kristus, karena di dalam pikiran-Nya mereka berada di dalam kesatuan dengan Kristus sejak triliunan tahun yang lalu (Efesus 1:4). Kemahatahuan Allah selalu mengetahui bahwa anda akan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Jadi, setelah mengetik “Percaya kepada Yesus Kristus” di samping nama anda dan nama-nama lain yang akan percaya kepada Yesus Kristus, Ia lalu membuat suatu cetakan terpisah mengenai nama-nama ini, dengan nama file: “Orang yang Ia ketahui sejak awal.”

 

Meskipun semua ini adalah kejadian yang terjadi secara serentak di dalam pikiran Allah, mungkin akan berguna juga jika kita melihatnya secara urutan kronologis, karena pikiran manusia cenderung berpikir secara kronologis. Dalam hal ini kita dapat berkata bahwa kemahatahuan terjadi dahulu, lalu keputusan Ilahi menyatakan semua orang yang percaya kepada Kristus, dan akhirnya cetakan (“print-out”) dari semua “Orang yang Ia ketahui sejak awal” untuk percaya kepada Kristus.

 

Kemahatahuan Allah semata-mata hanya mengetikkan fakta mengenai tiap-tiap orang Kristen ke dalam komputer keputusan Ilahi. Tidak ada paksaan apapun dalam keputusan tiap-tiap orang untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Allah menciptakan semua manusia dengan kehendak bebas; kehendak bebas berarti bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak keselamatan. Ketika seseorang memilih untuk menolak Kristus, ia mengutuk dirinya sendiri dengan kehidupan kekal di neraka. Ketika anda memilih untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, sebuah keputusan yang akan memberikan hak kepada anda untuk kehidupan kekal di surga, anda menggunakan kehendak bebas anda untuk melakukannya.

Ditentukan sejak awal – Penyediaan Allah di keabadian masa lalu.

Ditentukan sejak awal adalah sebuah bagian dari keputusan Allah untuk menyediakan segala sesuatu kepada orang percaya di era gereja yang butuh untuk mengerjakan rencana, tujuan dan kehendak-Nya. Allah menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan orang Kristen di dalam Keputusan Ilahi. Ia menyediakan logistik kasih karunia, solusi-solusi untuk masalah-masalah orang-orang percaya, penderitaan yang layak dan tidak layak, dan berkat besar kepada orang percaya yang maju di dalam kehidupan rohani. Untuk beberapa orang Ia menentukan sejak awal bahwa mereka akan mati di dalam ‘dosa yang mendatangkan maut’ (1 Yohanes 5:16) karena Ia tahu bahwa mereka tidak akan pernah memenuhi rencana-Nya pada waktu yang ditentukan. Untuk orang orang-orang lain, Ia menentukan sejak awal bahwa mereka akan mati dengan berkat dan kebahagiaan yang sebesar mungkin karena Ia sudah tahu bahwa mereka akan menjadi orang-orang percaya yang dewasa.

 

Penentuan sejak awal berkoordinasi dengan kemahatahuan sehingga kehendak bebas manusia tidak pernah dilanggar. Allah tidak pernah memutarkan ‘ya’ nya anda menjadi ‘tidak’ dan ‘tidak’ nya anda menjadi ‘ya’. Kemahatahuan Allah mengetikkan pikiran-pikiran, motivasi-motivasi, keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan dari semua orang Kristen ke dalam komputer keputusan Allah. Berdasarkan informasi ini, Allah dapat merancangkan suatu rancangan yang ditentukan sejak awal untuk setiap orang percaya. Bagi beberapa orang ini berarti berkat besar di dalam waktu dan di dalam kekekalan; untuk yang lain ini berarti kesulitan besar di dalam waktu dan hilangnya berkat-berkat besar di dalam kekekalan.

 

Kedaulatan Allah menentukan sejak awal beberapa berkat kepada semua orang Kristen meskipun banyak orang percaya akan gagal untuk menjalankan tanggung jawab rohaninya. Kedaulatan Allah menentukan sejak awal bahwa setiap orang percaya di era gereja akan menerima 40 aset rohani pada saat keselamatan (untuk informasi terperinci mengenai 40 aset rohani, silahkan lihat lampiran di dalam buku “Rencana Allah” oleh R.B.Thieme, Jr.) dan suatu tubuh kebangkitan pada saat pengangkatan gereja.

 

Allah sudah sejak awal menentukan  semua orang Kristen untuk ‘menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya’ lewat posisional (kita dibuat Kudus lewat kesatuan dengan Kristus pada saat keselamatan), pengalaman (lewat pertumbuhan Kristiani kita mengembangkan “pengudusan pengalaman”)  dan pengudusan tertinggi (kita menjadi Kudus secara sempurna ketika kita masuk surga dalam sebuah tubuh kebangkitan). Lewat pengudusan posisional, kita ‘serupa dengan gambaran-Nya’ dengan dikenakan dengan karakteristik-karakteristik-Nya (Gal 3:27).

 

Lewat pengudusan pengalaman, beberapa orang Kristen akan memilih untuk menggunakan penyediaan Allah untuk kemajuan di dalam kehidupan rohani. Ini adalah orang-orang percaya yang mengikuti rancangan Allah dan maju ke kedewasaan rohani. Dengan melakukan hal ini mereka menjadi serupa dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh kemanusiaan Yesus Kristus lewat kehidupan rohani yang diberikan kepada-Nya.

 

Lewat pengudusan tertinggi, semua orang percaya akan dibebaskan dari kodrat dosa mereka sebagaimana mereka diberikan tubuh kebangkitan seperti yang dimiliki Tuhan Yesus Kristus.

 

 

Pemilihan, Pembenaran dan Pemuliaan

Pemilihan adalah ekspresi dari kedaulatan kehendak Allah bagi hidup orang Kristen. Sedangkan penentuan sejak awal adalah penyediaan (Rencana-Nya) untuk hidup orang Kristen. Kedaulatan Allah menghendaki hal yang tertinggi dan yang terbaik bagi semua orang percaya. Untuk menunjukkan hal ini, Ia telah menyetorkan berkat-berkat yang luar biasa di keabadian masa lalu untuk orang Kristen di masa kini dan juga di kekekalan. Banyak orang Kristen tidak akan menerima berkat-berkat yang luar biasa ini karena kegagalan rohani mereka. Karena mereka tidak akan bertumbuh secara rohani dan mengembangkan kasihnya kepada Dia, berkat-berkat ini tidak bisa disampaikan kepada mereka meskipun itu merupakan kerinduan Allah supaya mereka dapat menerima berkat-berkat yang luar biasa ini (Efesus 1:3; 3:19, 20). Hak dan kesempatan yang sama dari pemilihan berarti belum pernah ada dan tidak akan pernah ada seorang percaya di era Gereja yang tidak memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memenuhi rancangan Allah, untuk mencapai kedewasaan rohani, dan untuk menerima berkat-berkat yang ajaib yang disediakan bagi mereka oleh Allah Bapa di keabadian masa lalu.

Meskipun proses pembenaran adalah sebuah cetakan dari komputer keputusan Ilahi, ini akan mulai berlaku pada seseorang ketika ia mengambil sebuah keputusan untuk percaya pada Yesus Kristus. Ketika keputusan yang indah ini terjadi, ia akan langsung menerima kebenaran Allah. Ketika kebenaran itu telah diperhitungkan, ia akan dibenarkan, dinyatakan benar dan memenuhi syarat secara sempurna untuk hidup bersama Allah selamanya.

Setiap orang percaya di era Gereja akan dimuliakan ketika ia menerima tubuh kebangkitan pada saat Pengangkatan Gereja. Lebih dari itu, orang percaya yang dewasa dimuliakan ketika Allah menyediakan kepadanya berkat kasih karunia yang lebih besar baik pada masa kini maupun kekekalan (Yakobus 4:6). Ketika Paulus menjadi orang yang paling hebat akan doktrin di era Gereja, tidak hanya Allah saja yang dimuliakan, tetapi Paulus pun juga. Setelah melewati ujian yang ia terima dari Tuhan Yesus Kristus, Paulus akan diberikan Mahkota Kemuliaan, Mahkota Kehidupan, Mahkota Kebenaran. Ketika orang lain melihat Paulus mengenakan mahkota-mahkotanya, mereka akan mengenal Paulus sebagai salah satu orang yang paling hebat di dalam sejarah. Paulus akan memiliki banyak berkat dan hak istimewa yang tidak dimiliki orang lain. Ini akan menjadi satu bagian dari kemuliaan Paulus. Paulus memakai kemauannya untuk memuliakan Allah; maka Allah akan mengenakan Paulus dengan status dan berkat yang besar.

 

Kesimpulan:

Kemahatahuan mendahului keputusan, sedangkan Pemilihan, Penentuan Sejak Awal, Pengenalan Sejak Awal, Pembenaran dan Pemuliaan adalah ‘cetakan’ dari keputusan. Pemilihan adalah kedaulatan kehendak Allah yang menghendaki orang percaya untuk menerima hal yang tertinggi dan terbaik. Pemilihan memiliki konotasi sebagai jalan masuk bagi orang-orang percaya ke dalam rancangan Allah sedangkan Penentuan Sejak Awal adalah kedaulatan penyediaan Allah, yaitu rencananya kepada tiap-tiap orang percaya. Pengetahuan Sejak Awal hanya mengakui apa yang ada di dalam keputusan mengenai orang percaya, tetapi tidak membuat segala sesuatu pasti (tidak membawa segala sesuatu ke dalam keputusan dan tidak memutuskan segala sesuatu). Allah membenarkan orang percaya ketika ia diperhitungkan di dalam kebenaran Ilahi pada saat keselamatan. Tidak hanya Allah saja yang akan dipermuliakan ketika Ia dapat memberkati orang percaya, tetapi orang percaya juga.

Bab 8.

Allah Selalu Mengasihi Kita

Sementara merasa menderita dalam melewati waktu-waktu pendisiplinan atau ujian Ilahi yang intensif, orang percaya mampu untuk merasakan penghiburan dengan mengetahui bahwa Allah mengasihinya dengan kasih pribadi yang tidak pernah gagal dan tidak terbatas.

 

Allah secara hukum memberikan kita kebenaran-Nya  pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus: “Bahkan kebenaran Allah lewat iman di dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya sebab tidak ada perbedaan” (Roma 3:22). Sekarang anda sudah memiliki kebenaran Allah yang dimasukkan ke dalam akun anda (Roma 4:5). Karena anda sekarang sudah memiliki kebenaran yang sempurna, tiga anggota dari Tritunggal semuanya mengasihi anda dengan suatu kasih yang sempurna dan tak terbatas: “Ia mencintai kebenaran dan keadilan(Nya) dan bumi penuh dengan kasih setia Tuhan” (Mazmur 33:5). Hal ini juga benar di dalam hubungan Allah dengan anggota Tritunggal lainnya. Karena Allah Anak adalah benar secara sempurna, Allah Bapa dan Allah Roh Kudus selalu mengasihi Dia secara pribadi dan juga berlaku secara timbal balik. Karena anda sekarang sudah memiliki kebenaran yang sama ini, anda akan selalu menjadi obyek dari kasih pribadi Allah.

 

Kasih Allah kepada anda tidak pernah berubah. Sejak saat keselamatan anda sampai dengan kekekalan, Kasih Allah kepada anda akan selalu tak terbatas dan tak berubah: “Kebenaran dan Hukum adalah tumpuan takhta-Mu [Allah]; kasih kebaikan [δσΕξΕ / chesed -  kasih yang teguh, kasih setia] dan kebenaran berjalan di depan-Mu” (Mazmur 89:14). Kata Ibrani “chesed” memiliki tiga arti: kasih kebaikan, kasih yang teguh dan kasih setia. Kasih Allah itu teguh, setia; tidak pernah berubah. Allah selalu mengasihi kebenaran-Nya dan karena kita memiliki kebenaran-Nya, Ia selalu mengasihi kita dengan kasih pribadi.

Meskipun pada saat kita melakukan dosa kita yang terburuk, kasih Allah tidak berubah kepada kita. Ketika kita berdosa dan keluar dari persekutuan, Allah akan mendisiplin kita – kadang-kadang dengan sangat keras – tetapi kasih-Nya yang luar biasa kepada kita tidak berubah:

“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya [kasih pribadi kepada setiap orang percaya], dan Ia menyesah [µαστιγοω [mastigo-o] / disiplin intensif] orang yang diakui-Nya sebagai anak” (Ibrani 12:6).

 Menyesah adalah sebuah kiasan untuk mendisiplinkan secara intensif. Kadang-kadang Allah harus mendisiplinkan kita secara keras karena ini adalah satu-satunya jalan untuk membuat kita taat pada rencana-Nya. Allah ingin semua orang percaya untuk taat akan rencana-Nya karena rencana-Nya telah dirancang bukan saja untuk memuliakan Dia, tetapi juga untuk memberikan kita suka cita yang berlimpah. Allah menghendaki anda untuk bersukacita secara berlimpah karena Ia mengasihi anda secara pribadi. Untuk itu, anda dapat merasa terhibur dengan fakta bahwa penderitaan apapun yang anda hadapi di dalam kehidupan Kristen anda karena Allah mengasihi anda dan menginginkan yang terbaik bagi anda.

 

Bab 9.

2 Korintus 5:20

Duta-Duta Kristus

2 Korintus 5:20  “Jadi kami ini adalah utusan-utusan (duta-duta) Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami. Dalam nama Kristus kami meminta kepadamu berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”

Definisi dan Penjelasan:

Duta besar adalah sebuah jabatan tinggi di kementerian luar negeri atau kerajaan yang dikirim ke negara lain untuk mewakili negara atau kerajaannya. Secara analogi kita adalah bangsawan rohani sebagai anggota-anggota dari keluarga kerajaan Allah, dan Kristus adalah Raja yang telah mengirim kita ke negara asing, yakni dunia iblis.

 

Pada saat keselamatan, semua orang percaya masuk ke dalam kesatuan dengan Tuhan Yesus Kristus. Di dalam kesatuan bersama Kristus, kita bersama-sama memiliki kerajaan-Nya dan kewarganegaraan surga. Meskipun kita memiliki kewarganegaraan di surga, kita masih hidup di bumi. Karena kita masih hidup di bumi ini, tetapi Tuhan tidak, maka kita diangkat menjadi wakil-Nya untuk sisa masa jabatan kita di sini.

 

Sebagai duta besarnya Tuhan, kita memiliki tanggung jawab untuk memberikan kabar baik kepada orang yang tidak percaya. Kasih sayang sejati kepada orang tidak percaya ditunjukkan dengan memberikan informasi mengenai pribadi dari Tuhan kita Yesus Kristus dan karya keselamatan-Nya kepada mereka.

Profil dari Duta Besar:

1.   Seorang duta besar tidak mengangkat dirinya sendiri. Allah sendiri yang mengangkat kita pada saat kita percaya pada Yesus Kristus.

 

2.  Duta besar tidak mendukung dirinya sendiri. Orang percaya di Era Gereja, sebagai duta besar Kristus diberikan makanan, pakaian, tempat tinggal, proteksi, dan instruksi. Tentu saja, duta besar dapat menolak penyediaan ini.

3.  Instruksi kepada duta besar selalu diberikan dalam bentuk tulisan, sehingga ia tidak ragu-ragu mengenai apa yang harus ia lakukan. Kita memiliki kebijakan, prinsip-prinsip dan instruksi Allah yang tertulis di dalam Alkitab dan diajarkan oleh gembala.

 

4.  Duta besar bukan orang kepunyaan negara ke mana ia dikirim. Kewarganegaraan dan rumah kita adalah surga (Filipi 3:20). 

 

5.  Duta besar tidak tinggal di negara asing untuk kepentingan pribadi. Kita tinggal di bumi ini hanya untuk melayani kepentingan Tuhan kita. Untuk itu, kita menundukkan semua kepentingan pribadi di bawah fungsi kedutaan kita.

 

6.  Duta besar tidak bereaksi ketika dirinya maupun negaranya atau kerajaannya dihujat, diejek, atau difitnah. Ia menyadari bahwa negara atau kerajaannya akan menangani penghinaan-penghinaan ini.

Ketika seorang Duta Besar dipanggil kembali, panggilannya itu sama dengan sebuah deklarasi perang. Ini adalah analogi dari Rapture Gereja. Ketika duta besar Kristen dicabut dari dunia pada saat Rapture, akan terjadi kesengsaraan di bumi.

Bab 10.

Musa

Hamba Allah yang Setia

Sangat penting untuk belajar kehidupan orang-orang percaya hebat yang ada di dalam Alkitab, supaya kita dapat menerapkan prinsip-prinsip yang telah membuat mereka menjadi orang-orang hebat ke dalam hidup kita. Seperti yang akan kita lihat di sini, Musa adalah seorang percaya yang hebat di Perjanjian Lama dan salah satu dari orang-orang percaya terhebat di sepanjang masa. Apa yang membuat ia begitu hebat? Sangat menarik untuk membaca bahwa kebanyakan orang Yahudi di generasi Kitab Keluaran secara konsisten menuduh Musa sebagai orang sombong. Mereka mulai dari Laut Merah dengan menuduh bahwa Musa membuat rencana untuk membunuh mereka:

“Mereka berkata kepada Musa, ‘Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini? Apakah yang kauperbuat ini terhadap kami dengan membawa kami keluar dari Mesir?’” (Kel 14:11)

Jadi, akhirnya, Allah berkata kepada Musa untuk menuliskan kalimat ini dan mengajarkannya kepada dua juta orang dewasa yang sombong itu:

 

“Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya,

lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi.”

(Bilangan 12:3)

 

Musa adalah seorang yang paling rendah hati di zamannya. Ia mungkin akan memegang rekor sebagai orang yang paling rendah hati di sepanjang sejarah umat manusia.

 

Kerendahan hati adalah lawan kata dari kesombongan. Kerendahan hati dikembangkan melalui ketaatan pada semua wilayah otoritas yang sah. Penolakan terhadap otoritas menghasilkan kesombongan sedangkan penundukan pada otoritas menghasilkan kerendahan hati. Kerendahan hati menghapus subyektivitas; sedangkan kesombongan menambah subyektivitas. Oleh karena kerendahan hati Musa, ia dipromosikan dan diberkati Allah. Yakobus 4:6b berkata: ”Allah berperang melawan [terjemahan harafiah] orang yang sombong, tetapi memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati.” Orang-orang Kristen yang tidak taat kepada Allah dengan tidak mempelajari dan menerapkan doktrin ke dalam kehidupan mereka sedang menghasut Allah untuk mencambuk mereka hingga tidak ada lagi kulit yang tinggal di punggungnya: “Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12:6). Orang-orang percaya demikian adalah ciptaan-ciptaan yang paling malang di muka bumi.

 

Seseorang tidak dapat taat kepada sesuatu yang tidak ia ketahui. Musa mempelajari doktrin dahulu, lalu ia menaatinya. Karena ketaatan Musa, Allah telah memilih dia untuk memimpin umat Israel.

 

“Ia [Allah] telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa

[Musa belajar dan bertumbuh secara rohani].” (Mazmur 103:7)

 

“Ia mengutus Musa, hamba-Nya, dan Harun, yang telah dipilih-Nya.”

(Mazmur 105:26)

 

Musa hidup selama empat puluh tahun di Mesir, empat puluh tahun di Midian dan empat puluh tahun di Semenanjung Sinai. Allah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa selama delapan puluh tahun pertama kehidupannya. Lalu, ketika Musa sudah dipersiapkan secara rohani, Allah mengutus dia sebagai wakil Allah untuk membebaskan bangsa Yahudi dari Mesir. Allah tidak dapat memakai seorang percaya yang belum dipersiapkan untuk memegang posisi pemimpin; kita juga harus ingat bahwa adanya seorang percaya yang berada di posisi pemimpin bukan selalu berarti bahwa Allah telah mempromosikan ia untuk berada pada posisi itu.

 

“Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun (Musa menolak tahta Mesir).” (Ibrani 11:24)

 

“Karena iman maka ia telah meninggalkan Mesir dengan tidak takut akan murka raja (Thutmose III); supaya engkau melihat ia menjadi kuat di dalam tekanan, selama ia tetap [tetap berkonsentrasi pada] apa yang tidak kelihatan.” (Ibrani 11:27)

 

 

Persiapan untuk Pelayanan

 

Musa sudah menjadi seorang percaya yang sangat terkemuka ketika berumur empat puluh pada saat ia masih berada di Mesir. Akan tetapi, dibutuhkan empat puluh tahun lagi untuk memahami kasih karunia dan mengembangkan orientasi otoritas sebelum Allah akhirnya menyelesaikan pelatihan-Nya kepada Musa. Setelah melewati masa persiapan selama hampir delapan puluh tahun, Musa menjadi orang yang paling rendah hati yang ada di muka bumi. Pada saat itulah ia sudah dipersiapkan dan siap untuk melayani Tuhan sebagai pemimpin umat pilihan Allah.

 

“Segala Tulisan adalah diilhamkan oleh Allah dan bermanfaat untuk mengajar [διδασκαλια / didaskalia], untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran [kebenaran pengalaman], dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah mampu, diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik [pelayanan Kristiani].” (2 Tim. 3:16, 17)

 

Kata Yunani didaskalia mengacu pada gembala sebuah Gereja yang mengajarkan doktrin Alkitab kepada suatu kelompok yang dinamakan jemaat. Di dalam pengajaran dan otoritasnya, dan dengan dipenuhi oleh Roh Kudus, anggota-anggota jemaat belajar dan mencerna doktrin Alkitab. Pada saat kebenaran Alkitab berada di dalam jiwa orang percaya, kebenaran itu akan menyatakan kesalahan dan memberikan nasihat kepadanya.* Jika seorang percaya memiliki kerendahan hati untuk menerima teguran itu, maka ia akan dapat memperbaiki kelakuan.

 

* Satu-satunya nasihat yang diperlukan oleh seorang percaya adalah dari doktrin yang tinggal di dalam jiwanya. Ketika seorang percaya menerima nasihat pribadi dari gembalanya atau orang Kristen lain, ini  merupakan pelanggaran terhadap privasi keimamatan pribadi dari individu tersebut, yang akan mendorong terjadinya penghakiman, gosip dan fitnah di dalam Gereja.

 

Sementara gembala mengajarkan doktrin Alkitab, pendengar mengembangkan kebenaran pengalaman di dalam jiwanya. Kebenaran pengalaman termasuk hal-hal seperti orientasi kasih karunia, kerendahan hati, dan kasih pribadi kepada anggota-anggota Tritunggal. Ayat enam belas di atas berbicara mengenai belajar dan bertumbuh, bukan pelayanan Kristiani.

 

Ketika seorang Kristen mencapai kemajuan rohani, ia akan siap untuk mengerjakan ayat tujuh belas. Ayat tujuh belas menyatakan pada dasarnya bahwa orang percaya harus dipersiapkan secara rohani sebelum ia memenuhi syarat untuk melayani. Yesus Kristus dipersiapkan selama tiga puluh tahun untuk pelayanan publik selama tiga tahun. Musa membutuhkan 80 tahun pelatihan rohani sebelum ia siap untuk memimpin bangsa Yahudi untuk keluar dari Mesir. Sayangnya, banyak gembala gereja pada hari ini menitik beratkan pelayanan Kristen daripada persiapan rohani. Jika penekanannya ada pada persiapan rohani, pelayanan Kristen akan secara alami mengikuti. Jika orang percaya mengasihi Allah, ia secara alami akan melayani Allah – ia tidak perlu dipaksa oleh gembala atau orang-orang Kristen lain untuk memotivasi mereka.

 

Ketidaktaatan Musa dan hasil dari pendisiplinan Ilahi

 

Musa adalah pemimpin terhebat di dalam sejarah yang mungkin juga adalah orang yang paling tidak dihargai. Coba berpikir – Musa memimpin dua juta orang Yahudi dewasa selama empat puluh tahun, dimana sebagian dari mereka benci kepada Musa dan ingin membunuhnya! Meskipun Musa menghadapi tahun-tahun pemberontakan, ia tetap setia menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Akan tetapi, pada tahun ke-39 di padang gurun, Musa tidak patuh kepada Allah, sebuah tindakan yang menyimpangkan kasih karunia Allah (menunjukkan penghinaan akan kasih karunia Allah) dan membuatnya harus menerima pendisiplinan yang keras.

 

Selama 39 tahun di padang gurun orang-orang Yahudi terus bersungut-sungut. Mereka bersungut-sungut mengenai makanan yang Allah sediakan kepada mereka, meskipun Allah sudah dengan setia menyediakan mana kepada mereka selama 39 tahun (Bilangan 11: 5,6). Setiap kali Allah menguji mereka mengenai air, mereka bersungut-sungut (Keluaran 15:24; 16:2,3; 17:1-3). Ketika Allah memerintahkan mereka untuk masuk ke Tanah Perjanjian, mereka bersungut-sungut (Bilangan 14:1-3). Akan tetapi, Allah selalu menyediakan kebutuhan pokok orang-orang percaya, tidak peduli betapa bobrok dan tidak tahu berterima kasihnya  mereka (Filipi 4:19). Tiga puluh sembilan tahun sebelumnya, ketika generasi Keluaran itu belum terlalu jauh keluar dari Mesir, mereka juga sudah berada di tempat yang sama. Berada di tempat dimana saat ini tinggal sedikit orang yang masih tersisa, yang sebagian besar adalah keturunan mereka. Tempat ini telah diberikan nama Meriba, yang memiliki arti harafiah ‘bersungut-sungut’: dahulu orang-orang Yahudi sudah bersungut-sungut, dan saat ini mereka masih bersungut-sungut. Setelah sekian lama berurusan dengan sungut-sungut dan pemberontakan mereka selama 39 tahun, Musa akhirnya kehilangan kesabaran. Ia yang seharusnya rendah hari, justru bereaksi dengan meledakkan kemarahannya:

 

“Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan Tuhan, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Dan ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: ”Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum.” (Bilangan 20:9-11)

 

Musa diperintahkan hanya untuk berkata kepada bukit batu itu untuk mengeluarkan air; akan tetapi ia justru memukul batu dan melanggar perintah Allah, setelah ia juga mengambil keputusan untuk menghardik umat itu oleh karena kedurhakaan mereka.

 

Semakin banyak tanggung jawab yang Allah berikan kepada orang percaya, semakin banyak pendisiplinan yang akan diterima oleh orang percaya karena ketidaktaatannya. Musa bukan saja pendiri dan pemimpin bangsa Yahudi, tetapi sebagai seorang nabi ia juga merupakan pemimpin rohani mereka. Jika seorang pemimpin rohani menyimpangkan kasih karunia Allah, ia akan didisiplin sangat keras seperti yang terjadi dengan Musa. Selain hubungan dengan Allah, satu hal yang Musa inginkan lebih dari segalanya adalah masuk ke tanah perjanjian. Akan tetapi, karena Musa menghujat kasih karunia dan kekudusan Allah, ia harus dihukum berat:

 

“Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekudusan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan kepada mereka.’” (Bilangan 20:12)

 

Awalnya, Musa bereaksi dengan kepahitan. Di dalam konsep pembenaran diri sendiri, ia menyalahkan dua juta orang Yahudi oleh karena dosanya (Ulangan 1:37). Akan tetapi, sebagaimana kita telah lihat sebelumnya, tidak ada orang yang bisa membuat anda berdosa*. Musa sendiri yang menjadi marah dan memukul bukit batu itu. Untungnya, kegagalan dan dosa tidak merusak kehidupan rohani dari seorang percaya kecuali jika orang percaya tersebut tidak memulihkan persekutuan dengan Allah. Musa memiliki pertumbuhan rohani yang luar biasa selama kira-kira seratus tahun. Pertumbuhan rohani ini tidak langsung hilang ketika ia tidak taat kepada Allah. Tentu, Musa melakukan kegagalan besar seperti yang juga kita lakukan, namun ia pulih. Setelah pulih dari kepahitannya, ia taat kepada Allah dengan mengangkat Yosua sebagai seorang pemimpin yang baru bagi Israel lalu menulis kitab Ulangan (Ulangan 31:23,24).

 

* Persekutuan dengan Allah, Jilid 1,   halaman 9

 

Yesus Kristus mengutip kitab Ulangan lebih dari kitab-kitab lain di Perjanjian Lama. Bahkan pemakaman Musa pun unik. Allah Anak secara pribadi melakukan pemakaman dan mengubur Musa (Ulangan 34:1-6). Mikhael dan bala tentara malaikat yang berada di bawahnya pasti hadir pada acara yang penting ini, bahkan Iblis sekalipun hadir (Yudas 9). Tidak ada orang percaya lain, termasuk Rasul Paulus, yang mendapatkan pemakaman seperti pemakaman Musa.

 

Musa telah menumpangkan kedua tangannya ke atas Yosua supaya Yosua diberikan karunia nubuatan (Ulangan 34:9). Oleh karena itu, meskipun Yosua tidak hadir di dalam pemakaman Musa, ia mampu menyelesaikan bab terakhir ini. Di bawah tuntunan Roh Kudus ia menulis:

 

“Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel” (Ulangan 34:10).

  

Kekuatan dari kehidupan rohani adalah pikiran Ilahi. Oleh karena Musa terlebih dahulu sudah mengembangkan pikiran Ilahi, Allah dapat memakainya untuk memenuhi rencana-Nya. (Mazmur 103:7; 105:26, bandingkan dengan 2 Tim 3:16,17). Karena begitu besar kasih Musa kepada yang tidak kelihatan sehingga ia meninggalkan tahta Kerajaan Mesir supaya ia dapat memenuhi rencana Allah atas hidupnya (Ibrani 11:26,27). Jika kita ingin hebat seperti Musa, mempelajari Firman Allah dan mengembangkan kasih kepada Tuhan harus menjadi yang terutama yang kita kejar di dalam hidup kita.

 

Bab 11.

Roma 10:1-10

Ritual dan Kenyataan

      Salah satu dari fungsi-fungsi paling penting dari pelayanan Kristiani adalah pemberitaan Injil kepada orang tidak percaya sehingga mereka dapat mengambil sebuah keputusan untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juru Selamat mereka dan menerima kehidupan kekal. Akan tetapi, jika Injil tidak dijelaskan dengan tepat, orang tidak percaya akan berpikir bahwa ia sudah diselamatkan, padahal nyatanya belum.

 

      Banyak orang Kristen berpikir bahwa orang tidak percaya harus melakukan dua hal supaya diselamatkan. Ia harus mengakui Kristus di muka umum lalu percaya kepada Yesus Kristus. Hal ini datang dari penerjemahan yang salah dari Roma 10. Sesungguhnya Paulus sedang mengajarkan hal sebaliknya. Di perikop ini, Paulus sedang menjelaskan Injil kepada saudara-saudaranya, Bangsa Yahudi (Rom 10:1, 2). Dalam hal ini, Paulus menjelaskan perbedaan antara ritual mengutip ayat Firman Tuhan secara publik di dalam ibadah mereka dan percaya sesungguhnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Paulus menjelaskan secara  sangat rinci bahwa ritual mengutip ayat Alkitab harus terjadi setelah keselamatan, bukan sebelumnya (ayat 10). Ia harus  menjelaskan hal ini karena banyak orang Yahudi  berpikir mereka sudah diselamatkan oleh karena ikut serta di dalam pelayanan ibadah Yahudi.

 

      Ritual ibadah ini menyertakan pengutipan ayat Ulangan 6:4 “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN (Yehovah) itu Allah (Elohim) kita, TUHAN itu unik”. Ayat ini telah menjadi suatu bagian dari ritual Israel yang dimulai sejak tahun 1441 S.M. Bahkan sampai dengan hari ini, ayat ini biasanya dibacakan secara lantang sebagai suatu bagian dari ritual mereka ketika mereka berkumpul di sinagoge. Jadi, sudah hampir 3500 tahun ayat ini  digunakan oleh orang Yahudi dalam ibadah mereka. Ritual ini dirancang untuk mengingatkan orang Yahudi akan sumber keselamatan mereka yaitu Yesus Kristus. Ini seharusnya tidak diterjemahkan sebagai sebuah jalan keselamatan. Ayat ini akan berguna jika seorang tidak percaya dari bangsa Yahudi memahami Ulangan 6:4. Ia harus memahami bahwa ekspresi “Tuhan itu Allah kita; Tuhan itu unik” adalah sebuah acuan kepada Tuhan Yesus Kristus. Lalu, setelah memahami ini, ia harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Jika orang Yahudi yang belum percaya membacakan Ulangan 6:4 secara lantang di depan umum, namun ia tidak percaya kepada Yesus Kristus, maka hal ini tidak memiliki arti apa-apa. Ini hanya menjadi ritual tanpa kebenaran.

 

 

Tuhan itu unik

      Untuk dapat memahami Ulangan 6:4, kita harus memahami perbedaan antara kata ‘Tuhan’ dan ‘Allah’. Kata Ibrani ‘Jehovah/Yehovah’ adalah sama dengan kata Yunani ‘Kurios’ dan keduanya diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris sebagai ‘Lord’ (Tuhan). Kata Ibrani ‘Elohim’ sama dengan kata Yunani ‘Theos’ dan keduanya diterjemahkan sebagai ‘God’ (Allah). Alkitab secara jelas mengatakan bahwa Allah itu esa:

“Tidak ada Allah lain [Theos], dari pada Allah yang esa.” (1 Kor. 8:4b) “.. sedangkan Allah [Theos] adalah satu.” (Gal. 3:20b)

 

      Sementara hanya ada satu Allah secara esensi, ada tiga pribadi dalam Tritunggal. Kata Ibrani ‘Yehovah’ mengacu pada pribadi-pribadi individu dari Ke-Ilahian. Karena ada tiga pribadi di dalam Ke-Ilahian, kata Yehovah tidak bisa diterjemahkan sebagai ‘esa’. Konsep ini dibuat jelas di dalam ayat-ayat seperti Mazmur 110:1 dimana Bapa berbicara kepada Anak “Demikianlah firman Tuhan [Yehovah]  kepada Tuanku [Adonai*]...”

*Di sini istilah ‘Adonai’, juga diterjemahkan sebagai ‘Tuhan’, digunakan dalam konteks pararel dengan kata Yehovah, sebagaimana di dalam Mazmur 8:9 dimana kedua istilah ini muncul secara berdampingan).

     Jadi, Kata Ibrani “ekhad” di dalam Ulangan 6:4 tidak bisa diterjemahkan sebagai “esa” tetapi harus diterjemahkan sebai “unik”, yang merupakan pemakaian kata “ekhad” yang sesungguhnya. Yesus Kristus adalah unik; Ia adalah satu-satunya Manusia-Allah. Hal ini juga menjelaskan mengapa Ulangan 6:4, “Tuhan itu Allah kita; Tuhan itu unik” digunakan sebagai bagian dari ibadah orang Yahudi. Orang percaya dari bangsa Yahudi yang mengasihi Tuhan Yesus Kristus senang untuk mengutip ayat ini di dalam pelayanan ibadah mereka untuk menghormati Dia.

 

Keselamatan semata-mata adalah iman, hanya di dalam Kristus.

      Menurut sejarah, banyak orang tidak percaya dari bangsa Yahudi juga ikut serta di dalam ibadah ini. Ayat ini menjadi tidak berarti bagi mereka yang tidak percaya. Itulah sebabnya Paulus berkata bahwa jika mereka mengutip Ulangan 6:4 (dan memahaminya) dan percaya maka mereka akan diselamatkan (Roma 10:9).

 

      Paulus menyadari bahwa orang-orang Yahudi merasa bingung dengan ritual mereka, sehingga ia menjelaskannya di dalam Roma 3:21-28 bahwa keselamatan itu hanya oleh dengan iman, iman  di dalam Kristus saja, dan sepenuhnya terpisah dari Hukum Musa atau sistim kerja lainnya seperti mengutip firman Allah. Roma 10 menjelaskan hal yang sama. Orang yang tidak percaya, percaya kepada Yesus Kristus lewat arus kesadarannya*. Keselamatan adalah sebuah fungsi mental dan kemauan dari jiwa, bukan penerimaan publik.

*(‘hati’ – Paulus menggunakan kata καρδια (kardia) yang dapat mengacu pada hati secara fisik, meskipun di Perjanjian Baru kata ini selalu dikaitkan dengan mentalitas / arus kesadaran)

      “Tetapi sekarang, tanpa Hukum Taurat kebenaran Allah [kebenaran yang diperhitungkan] telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-Kitab para nabi [sebuah kata untuk ayat-ayat Perjanjian Lama dengan penekanan pada penulisan manusia], yaitu kebenaran Allah karena iman [ritual tidak diperlukan] dalam Yesus Kristus bagi semua yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia-Nya telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dimana oleh Kristus  Yesus yang telah ditentukan Allah [Bapa] secara umum untuk menjadi jalan kemurahan [pendamaian] dalam darah-Nya karena iman di dalam Kristus untuk menunjukkan kebenaran-Nya [Bapa], karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi sebelumnya dengan menunda penghukuman dari Allah [dosa-dosa manusia di zaman Perjanjian Lama tidak dihakimi sampai dengan Kristus naik ke kayu salib]. Maksudnya ialah untuk menunjukkan dari kebenaran-Nya pada masa kini [masa Paulus] supaya nyata bahwa Ia [Bapa] benar, dan juga membenarkan [mendeklarasikan kebenaran] setiap orang yang memiliki iman di dalam Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada. Berdasarkan jenis hukum apa [seseorang menerima kebenaran yang sempurna]? Tentu bukan, namun karena hukum iman. Kami tetap yakin bahwa seorang manusia dibenarkan [dideklarasikan benar] oleh iman bukan karena ia melakukan Hukum Taurat [Bukan karena segala sistim pekerjaan manusia termasuk ritual]” (Roma 3:21-28).

      Paulus mendukung pernyataan iman di dalam Roma 10, dimana ia mengutip dari Ulangan 30, menjelaskan kembali bahwa keselamatan selalu ada, dan akan selalu ada, hanya oleh karena iman, hanya iman di dalam Kristus.

 

Roma 10:6-8 (Ulangan 30:12-14) “Tidak di surga tempatnya, sehingga engkau berkata, ‘siapakah yang akan naik ke surga untuk mengambilnya [instruksi mengenai keselamatan] bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita supaya kita melakukannya [orang Yahudi selalu ingin untuk melakukan sesuatu demi keselamatan]?’ “Juga tidak di seberang laut tempatnya [keselamatan] sehingga engkau berkata: ‘siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya [instruksi untuk keselamatan] bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?’ “Tetapi firman ini [Injil] sangat dekat kepadamu – yakni di dalam mulutmu [Orang tidak percaya Yahudi mendengar tentang Juru Selamat setiap kali mereka mengutip ayat Ulangan 6:4] dan di dalam hatimu [kenyataan dari keselamatan hanya oleh iman di dalam Kristus saja] supaya engkau dapat melakukannya [dengan percaya kepada Kristus, seseorang dapat masuk ke dalam penyembahan kepada Tuhan]”

      Dalam mengutip perikop dari Perjanjian Lama di atas, Paulus sedang menginjili saudara-saudaranya, bangsa Yahudi. Perikop ini tidak ditulis untuk menginjili orang asing. Perikop ini ditulis untuk menginjili orang-orang yang dahulu menggantikan kenyataan dengan ritual.

Paulus memberikan kesimpulan di ayat ke 9:

 

Roma  10:9  “Sebab jika kamu [Orang Yahudi yang percaya maupun tidak percaya] mengaku [kepada Bapa] dengan mulutmu bahwa Yesus adalah Tuhan [banyak orang Yahudi sudah dan akan berpartisipasi di dalam ritual yang mengutip atau mendengarkan Ulangan 6:4 di dalam ibadah mereka], dan percaya dalam hatimu [aliran kesadaran] bahwa Allah telah membangkitkan Dia (Yesus Kristus) dari maut [bagian dari Injil], maka kamu akan diselamatkan.”

 

      Aorist tense dari kata Yunani “homologeo” memiliki arti mengakui. Aorist tense mengacu pada setiap kali seorang Yahudi di dalam sinagoge mengulang kata-kata terebut atau menyimak kata-kata tersebut yang diucapkan oleh Rabi. Jika ia adalah seorang percaya, itu adalah penyembahan. Akan tetapi, jika ia adalah seorang yang tidak percaya, itu tidak memiliki arti apa-apa kecuali jika ia percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Banyak orang Yahudi di zaman Perjanjian Lama tetap menjadi orang tidak percaya karena mereka memeluk pada ritualnya namun tidak percaya pada Kristus sebagai Juru Selamat mereka. Hal yang sama juga berlaku hari ini. Banyak orang Yahudi masa kini yang mengikuti ritual, namun mereka tidak percaya pada Yesus Kristus. Inilah sebabnya sangat penting untuk orang-orang Yahudi yang tidak percaya untuk memahami bahwa tidak ada seorang-pun yang diselamatkan oleh ritual. Paulus sedang menunjukkan kepada orang tidak percaya bahwa jika ia mengutip Ulangan 6:4 dan itu membawa kepada pemahaman akan Injil, maka itu baik, namun harus juga disertai dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Keselamatan sendiri adalah suatu fungsi dari mentalitas dan keinginan jiwa.

 

Roma  10:10 “Karena dengan hati [aliran kesadaran] orang percaya dan dibenarkan [diperhitungkan], lalu dengan mulut orang [orang percaya] mengaku [keselamatannya di dalam penyembahan] karena [kata Yunani “ειςeis” dengan penyebab akusatif] keselamatan.”

 

Di ayat ini Paulus memberikan urutan kronologis yang benar dari keselamatan yang diikuti penyembahan. Paulus membalikkan urutan dari ayat sebelumnya untuk menunjukkan kepada orang Yahudi bahwa ritual tanpa keselamatan itu tidak memiliki arti apa-apa. Orang Yahudi harus percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dahulu, barulah ia dapat mengikuti ritual penyembahan kepada Tuhan.

Kesimpulan dan penerapan dari perikop ini:

 

Banyak pelayan Tuhan salah paham akan perikop ini. Mereka berpikir bahwa perikop ini adalah prosedur yang benar untuk menginjili orang-orang asing yang belum percaya. Mereka gagal untuk menyadari bahwa Paulus sedang menjelaskan Injil itu kepada saudara-saudaranya bangsa Yahudi.

 

Penafsiran dan analisa yang salah membawa kepada penerjemahan yang salah; Penerjemahan yang salah membawa kepada pengajaran dan penerapan yang salah. “Altar call” yakni mengundang orang yang belum percaya untuk maju ke depan pada saat ibadah kebaktian adalah suatu penerapan yang salah terhadap ayat ini. Gereja-gereja mengundang banyak orang yang belum percaya untuk masuk ke dalam kebaktian ibadah. Pada saat penyembahan dan khotbah, sering kali terjadi lonjakkan emosi yang ekstrim, sehingga pada saat pendeta telah mencapai akhir dari khotbah yang menarik emosi ia menyelesaikannya dengan melakukan altar call. Orang tidak percaya tidak lagi berpikir tetapi memakai emosi. Lalu pendeta meminta agar mereka maju ke depan untuk melakukan pengakuan di muka umum dan ‘menerima’ Yesus Kristus, sehingga orang-orang tidak percaya maju ke depan sambil menangis dan meratap. Ini bukan keselamatan, tetapi emosional yang tidak berarti.

 

Baik Musa (Kitab Ulangan) dan Paulus telah berkata kepada kita bahwa keselamatan adalah suatu proses mental. Orang-orang Kristen seharusnya memberikan informasi yang akurat kepada orang yang tidak percaya mengenai Tuhan Yesus Kristus dan karya salib-Nya. Lebih dari pada itu, orang Kristen seharusnya memberikan pilihan-pilihan yang  jelas kepada orang tidak percaya: yaitu, jika anda percaya kepada Yesus Kristus, anda akan menjalani kekekalan bersama Tuhan; jika tidak anda akan menjalani kekekalan di dalam Lautan Api. Orang tidak percaya membutuhkan informasi supaya ia dapat mengambil keputusan berdasarkan fakta, bukan emosi.

 

Keselamatan selalu hanya oleh iman, iman di dalam Kristus saja. Pada perikop ini Paulus sedang menjelaskan Injil kepada orang-orang Yahudi yang tidak percaya, memperingatkan mereka bahwa mengutip ayat Alkitab di depan umum itu bukan keselamatan. Keselamatan didapatkan hanya dengan membuat sebuah keputusan untuk percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Glosarium

 

Antropopatisme / Antropomorpisme : Kebijakan Allah (rencana, tujuan, kehendak) untuk umat manusia yang dijelaskan lewat kosakata dan konsep-konsep yang berkaitan dengan kerangka acuan manusia. Seorang penganut antropopatisme menjelaskan sudut pandang Ilahi dengan menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan emosi manusia (contoh “untuk mengundang murka Allah”) sedangkan seorang penganut antropomorpisme menggunakan istilah-istilah yang berkaitan dengan anatomi manusia (contoh “di dalam tangan Allah”).

 

Doktrin Alkitab : Doktrin Alkitab adalah semua materi yang berkaitan dengan suatu subyek Alkitabiah. Ketika seorang gembala-pengajar mengimpartasikan doktrin Alkitab yang diterjemahkan secara benar kepada murid yang dipenuhi oleh Roh Kudus, doktrin itu akan tercerna di dalam jiwanya dan siap untuk diterapkan di dalam kehidupan rohani. 

 

Pelayanan Kristen : Pada saat keselamatan semua orang percaya masuk ke dalam pelayanan Kristen penuh waktu. Kata “pelayanan Kristen penuh waktu” tidak memberikan arti sempit yakni menjadi seorang pendeta, penginjil, misionaris, atau seorang yang terlibat di berbagai jenis organisasi pelayanan Kristen. Pelayanan Kristen penuh waktu artinya mengerjakan rencana Allah untuk Gereja. Dalam mengerjakan hal ini orang Kristen dapat melakukan pelayanan Kristen lewat lima kategori pelayanan, yaitu:

 

1: Pelayanan Kristen yang berkaitan dengan karunia rohani seperti karunia menolong, menginjil, mengajar, dll.

2: Pelayanan Kristen yang berkaitan dengan keimaman, seperti pendoa.

3: Pelayanan Kristen yang berkaitan dengan menjadi duta kerajaan Allah, seperti penginjilan.

4:  Pelayanan Kristen yang berkaitan dengan dampak yang tidak terlihat, seperti “menjadi berkat lewat kebersamaan” (Inggris: “Blessing by association”) yang diterima oleh orang yang berada bersama dengan orang percaya yang dewasa rohani.

5: Pelayanan Kristen yang berkaitan dengan undang-undang dari lembaga Ilahi, seperti membayar pajak, pemakaian hak suara dan pelayanan militer.

 

Keputusan Ilahi : Adalah kedaulatan kehendak Allah dan kehendak bebas manusia yang hidup secara berdampingan. Setiap pikiran, motivasi dan tindakan manusia di dalam Keputusan Ilahi sudah dibentuk sejak kekekalan masa lalu dan selalu diketahui oleh kemahatahuan Allah, meskipun hal ini ditampilkan kepada umat manusia sebagai sejarah manusia yang belum terungkap.

 

Kepenuhan Roh Kudus : Di dalam kepenuhan oleh Roh Kudus, Allah Roh Kudus memberikan kuasa supaya orang Kristen dapat mengerti, mencerna, mempertahankan, mengingat, dan menerapkan Firman Allah. Di dalam pelayanan ini, Roh Kudus adalah Mentor kita – Otoritas, Pendukung, Penasihat dan Guru kita.

 

Kesatuan Hipostatik : Kehadiran dari dua kodrat, ke-Ilahian yang tidak merosot dan kemanusiaan sejati, di dalam satu pribadi Yesus Kristus. Kedua kodrat ini secara tidak terpisahkan menyatu tanpa menghilangkan atau mencampuradukkan identitas, tanpa menghilangkan atau memindahkan sifat atau atribut, kesatuan yang menjadi pribadi dan kekal.

 

Kodrat Dosa : kodrat dosa adalah suatu bagian integral dari setiap manusia dan tinggal di dalam struktur sel dari tubuh manusia. Kodrat dosa terdiri dari suatu wilayah kekuatan yang menghasilkan kebaikan semu; suatu wilayah kelemahan yang menghasilkan dosa; kecenderungan menuju kemerosotan moral (legalisme) dan kemerosotan amoral, dan pola-pola nafsu.

bottom of page